DIUSIK
PASIFIK : Ancaman Kedaulatan Indonesia atas Komunalisme Negara-Negara Pasifik
Untuk mata kuliah Hubungan Internasional
Dosen Pengampu:
Drs. Machmud Al Rasyid, SH,M,Si
Disusun oleh:
Nama : Anggi Yoga Pramanda
Nim : K6414007
PRODI
PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
SEBELAS MARET SURAKARTA
SURAKARTA
DIUSIK
PASIFIK : Ancaman Kedaulatan Indonesia atas Komunalisme Negara-Negara Pasifik
Anggi Yoga Pramanda (K6414007)
Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan
Abstrak
Paper ini
menjelaskan mengapa Indonesia melakukan kerjasama dengan Melanesian Spearhead Group. Anggota dari Melanesian Spearhead Group adalah negara-negara di wilayah Pasifik
Selatan yang memiliki ras Melanesia.
Visi dari Melanesian Spearhead Group adalah
dekolonisasi dan kebebasan seluruh negara Melanesia dengan upaya mengembangkan
identitas dan keterkaitan budaya, politik, sosial dan ekonomi masyarakat
Melanesia. Dengan status associate
member, Indonesia mencoba untuk mencegah meningkatnya pergerakan kelompok Papua
merdeka sebagai bagian dari Melanesian
Spearhead Group. Keterlibatan Indonesia di dalam Melanesian Spearhead Group menjadi ancaman bagi kelompok Papua
merdeka untuk memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Alasan
utama mengapa Indonesia melakukan
kerjasama dengan Melanesian
Spearhead Group karena Indonesia mau
mendapatkan dukungan dari negara-negara
anggota Melanesian Spearhead Group
untuk mencegah kelompok Papua merdeka menjadi anggota tetap untuk menghambat
pergerakan dalam memerdekakan Papua
Kata Kunci : kerja
sama teknik, dukungan, Melanesian Spearhead Group, West Papua National Coalition for Liberation
PENDAHULUAN
Perkembangan
domestik suatu negara tidak luput dari perselisihan atau bentrokan antara satu
kelompok dengan kelompok lain atau etnis tertentu yang menentang pemerintahan
untuk memenuhi tuntutan mereka. Perkembangan keamanan domestik berpengaruh
dalam politik luar negeri suatu negara terhadap negara lain dalam sistem
internasional. Suatu negara akan berusaha menyelesaikan konflik yang ada dengan
mengambil kebijakan luar negeri bekerja sama dengan negara lain seperti
Indonesia yang menjalin kerja sama teknik
dengan negara-negara Melanesian Spearhead Group dalam menjaga keutuhan NKRI di Papua.
Indonesia
merupakan salah satu negara di dunia yang menghadapi tantangan ethonationalism yang cukup kuat. Gerakan
ethonationalism diidentifikasi pada budaya-budaya partikular yang
dimiliki oleh negara tersebut banyak dari mereka mengalami diskriminasi dan
menginginkan penentuan nasib sendiri. Umumnya gerakan ethnonationalism memiliki tujuan yang sama yaitu memisahkan diri, memilih meraih kemerdekaan
dengan jalan melakukan gerakan separatisme.
Bila
gerakan separatisme tersebut mendapat dukungan dan simpatik dari negara lain,
tentu gerakan separatis tersebut akan mengancam integritas bangsa atau keutuhan
NKRI. Organisasi Papua Merdeka merupakan salah satu gerakan
ethonationalism yang berkembang di
Indonesia. Sejak menjadi bagian NKRI, sebagian penduduk Papua merasa kurang
puas karena secara fakta mereka masih
marginal dan miskin. Pemerintah Pusat dinilai gagal dalam membangun
kesejahteraan di Papua ditambah dengan operasi militer oleh pemerintah pusat
yang diperuntukkan mengatasi pemberontakan separatisme di Papua yang dalam
faktanya justru menimbulkan pelanggaran HAM. Hal ini memperkuat rakyat Papua
berkeinginan untuk lepas dari NKRI.
Faktor
eksternal yang mempengaruhi orang Papua untuk merdeka yaitu dukungan dari
anggota negara Melanesian terhadap gerakan separatisme Papua untuk memerdekakan
diri dari Indonesia. Melanesian Spearhead
Group terdiri dari negara-negara
yang memiliki ras Melanesia yaitu Vanuatu, Fiji, Papua Nugini, Kepulauan
Salomon dan New Caledonia. Visi yang dimiliki oleh Melanesian Spearhead Group
adalah dekolonisasi dan kebebasan seluruh negara Melanesia dengan upaya
mengembangkan identitas dan keterkaitan budaya, politik, sosial dan ekonomi
masyarakat Melanesia.
Forum
negara Pasifik dan organisasi bangsa-bangsa Melanesia kerap jadi ruang bagi pihak-pihak yang ingin memerdekakan
Papua atau melakukan internasionalisasi terhadap Papua karena penduduk Papua
memiliki ras yang sama dengan negara-negara
Melanesian Spearhead Group. Meskipun
pemerintah negara anggota Melanesian
Spearhead Group mengakui integritas Papua dalam NKRI semenjak disahkannya
Resolusi PBB No. 2504 pada tanggal 19 November 1969 tentang status Papua yang
sah menurut hukum internasional menjadi bagian integral NKRI, namun pada
kenyataannya Melanesian Spearhead Group melakukan bentuk-bentuk intervensi terhadap gerakan
separatisme di Papua.
Indonesia
harus mengambil kebijakan yang signifikan untuk menghentikan dinamika tentang
Papua, mengingat kedekatan geografis antar Indonesia dan Melanesian Spearhead Group.Kerja sama teknik merupakan bagian integral dari
kebijakan luar negeri Kementerian Luar Negeri Indonesia dan menjadi alat
diplomasi yang akan mendukung upaya-upaya diplomasi RI di forum bilateral,
regional dan internasional.
PEMBAHASAN
A.
Papua
dan Negara-Negara Pasifik
Pada
awalnya, studi kawasan biasanya didefinisikan dengan menyadarkan atau
menekankan kepada basis geografis dari Negara-negara yang dikaji. Sehingga
disimpulkan sebagai kumpulan Negara -negara yang berdekatan secara geografis
yang biasanya memiliki kesamaan budaya, bahasa, serta potensi sumber daya alam.
Terbentuknya
sebuah integrasi regional yang menciptakan sebuah regionalisme, yang merupakan
bersatunya dua atau lebih Negara yang berada dalam satu wilayah geografis, pada
dasarnya berangkat pada asumsi bahwa pemusatan perhatian pada Negara-negara dan
secara individu sebagai unit utama sudah tidak lagi memadai, bahkan lebih
banyak merugikan daripada menguntungkan pada Negara-negara itu sendiri.
Perspektif integrasi regional menunjukkan bukti bahwa Negara-negara di dunia secara ekonomi maupun kultural semakin
saling bergantung satu sama dengan yang
lain setelah berakhirnya Perang Dunia II.
Wilayah
Samudra Pasifik yang meliputi 1/3 dari permukaan bumi,. Terdapat banyak bagian
wilayah dan kumpulan negara dari pendekatan geografis, dikenal dengan Kawasan
Asia Pasifik, dimana meliputi semua negara yang menyentuh benua Asia,
Australia, dan Benua Amerika termasuk negara-negara pulau kecil di tengah
samudera Pasifik. Asia Pasifik merupakan suatu wilayah yang mencakup
negara-negara asia menyentuh Samudera Pasifik,
yaitu: Asia Tenggara (Indonesia, Thailand,Malaysia), Asia Timur (Jepang,
Tiongkok,) dan Pasifik.
Pasifik
Selatan pada awalnya dihuni
oleh imigran-imigran dari Asia Tenggara dan Asia lainnya kemudian
dikenal sebagai suku bangsa Melanesia, Mikronesia dan Polinesia. Melanesia, dari gugusan pulau di sebelah utara
dan timur laut Australia, yaitu Papua
Nugini, Solomon Islands, Vanuatu,
Fiji, dan New Caledonia. Ciri fisiknya yatu berkulit gelap dan berambut keriting. Mikronesia terdiri
dari delapan negara, yakni Micronesia, Guam, Kiribati,
Marshall Islands, Nauru, Northern Mariana islands, Palau, dan Wake Islands.
Ciri fisiknya adalah berkulit hitam, dan memiliki hidung kecil
Polynesia terdiri dari gugusan pulau ditengah dan selatan samudera
hindia seperti Hawaii, New Zaeland, Easter Island. Ciri fisiknya yakni bertubuh
tinggi kekar, tegap, kulit agak cerah dan rambut lurus.
Kawasan
Pasifik Selatan didiami oleh tiga budaya besar, yaitu Melanesia, Polinesia dan
Mikronesia. Pengaruh budaya Melanesia terlihat dalam hubungan antara budaya dan
kepemimpinan, konstitusi, dan pemerintahan, dan juga hubungan internasional.
Melanesia merupakan gugus kepulauan yang memanjang dari Maluku lalu ke timur
sampai Pasifik bagian barat, serta utara dan timur laut Australia. Indonesia memiliki
3 wilayah yang memilki rumpun Melanesia yaitu wilayah Papua, Maluku dan Nusa
Tenggara Timur. Dengan adanya semangat solidaritas etnis yang tinggi dari
beberap negara ras Melanesia, kemudian terbentuklah sebuah organisasi antar
pemerintah (intergovernmental
organization) yaitu Melanesian
Spearhead Group (MSG).
B.
Munculnya
Separatisme Papua
Banyak faktor menjelaskan munculnya
separatisme yaitu sejarah, ketimpangan
ekonomi dan ketidakadilan politik, dan perasaan dimarginalkan oleh sistem
politik dan ekonomi. Masalah ini akan makin rumit karena globalisasi dan
keterbukaan menjadikan mereka yang terlibat mempunyai ruang lebih bebas untuk
bergerak ke luar batas nasional. Organisasi Papua Merdeka muncul ketika salah satu wilayah di Indonesia yaitu
Papua diperdebatkan perihal statusnya di dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Sejarah konflik di Papua diawali sejak penyatuan wilayah Papua ke
dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Untuk memenangkan proses referendum
tahun 1969, maka pemerintah NKRI mengambil langkah Operasi Militer untuk
membasmi seluruh Perlawanan Rakyat Pribumi Papua yang menentang NKRI. Sidang
Umum PBB memutuskan hasil penjajakan opini, dan secara resmi Papua menjadi
provinsi kedua puluh tujuh Indonesia
pada tanggal 19 November 1969. Namun di sisi lain, hasil referendum mendapat
pergolakan dari kelompok yang menghendaki Papua menjadi negara yang bebas,
tidak terikat, dan merdeka. Kelompok ini menamakan diri mereka dengan sebutan
Organisasi Papua Merdeka (OPM) atau Free Papua Organization.
Faktor
lainnya dalam permasalahan Papua adalah kurang jelasnya undang-undang yang
telah dibuat serta keterbatasan kemampuan lokal dalam mengelola sumber daya
alam secara berkelanjutan. Tingginya potensi konflik antar penduduk lokal dan
non lokal memunculkan tingkat kesenjangan dan perubahan sosial yang dialami
oleh penduduk lokal.
Adanya
Otsus (Otonomi Khusus) yang telah disepakati oleh Pemerintah Indonesia dan
masyarakat Papua menjadi kurang optimal.
Beberapa kendala yang muncul sehingga mengganggu efektifitas dalam penerapan
Otonomi Khusus adalah sebagai berikut: lambatnya penerbitan Peraturan
Pemerintah No. 54 Tahun 2004 tentang Pembentukan Majelis Rakyat Papua, minimnya
aturan pelaksanaan dalam bentuk Perdasi
dan Perdasus, lemahnya konsistensi atas perlindungan dan penegakan Hak Asasi
Manusia, konflik pemekaran wilayah, keterbatasan dan lemahnya sumber daya
manusia Papua dalam merespon kewenangan dan tanggung jawab yang lebih
besar.Papua dilihat dari perspektif pembangunan merupakan salah satu daerah
yang paling banyak tantangannya di Indonesia. Percepatan pembangunan Provinsi
Papua dilaksanakan melalui kebijakan pembangunan sosial ekonomi dan kebijakan
pembangunan sosial politik budaya.
C.
Komunalisme
Negara-Negara Pasifik
Sebagai
salah satu negara Pacific Rim, perkembangan situasi geopolitik pasifik tentu akan
mendapat perhatian khusus dari Indonesia. Negara-negara Pasifik apabila memberikan sikap
negatif ke Indonesia akan menganggu proses pembangunan negara dan juga keamanan
negara. Apalagi jika sikap negatif itu didukung oleh negara lain diluar Pasifik
Masalah
Papua Barat muncul lagi ke permukaan di tahun 1984. Sejak kembali bergabung
dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, masalah stabilitas kemanan dan
kesejahteraan masih terjadi hingga tahun ini. OPM (Organisasi Papua Merdeka)
masih terus memperjuangkan keadilan untuk kesejahteraan warga Papua Barat. Isu
separatism ini dari tahun ke tahun semakin berkembang pergerakannya. Meminta dukungan
dari negara luar turut menjadi salah satu gerakan untuk memerdekakan diri dari
Indonesia
Isu
separatisme di Papua Barat bersumber dari adanya perasaan termarjinalisasi dan
diskriminasi sebagian masyarakat Papua baik secara politik, ekonomi, maupun sosial
budaya. Sebagian kelompok masyarakat ini kemudian mencoba mengangkat
permasalahan-permasalahan tersebut diberbagai forum regional maupun internasional
untuk menarik simpati dan dukungan masyarakat internasional dengan tujuan
memerdekakan diri dari Indonesia.
Isu
Papua senantiasa menjadi perbincangan bahkan menjadi kendala hubungan Indonesia
dengan negara-negara di Pasifik. Sebab
seperti yang diketahui kesamaan etnis Melanesia yang banyak berhuni di
masing-masing negara ini. ( Fiji, Vanuatu, New Caledonia, Papua Nugini, Solomon
Islands). Sedangkan di Indonesia juga memiliki penduduk yang dihuni oleh etnis Melanesia. Letaknya di bagian Indonesia Timur
antara lain: Maluku, Maluku Utara, Nusa Tenggara Timur, dan Papua Barat.
Dalam
kebudayaan Melanesia, merupakan kelompok yang menganut achieved status. Konsep ini mengandung pengertian bahwa setiap
orang memiliki peluang untuk mencapai status yang lebih tinggi. Orang Melanesia
yang memiliki kekuasaan ekonomi biasanya juga dapat meraih kekuasaan politik,
sekalipun hanya bersifat internal. Oleh karena itu, kebudayaan Melanesia lebih
bersifat egaliter, yakni sederajat. Dalam artian Melanesia, masyarakat yang
sama dan hidup demokratis.
Solidaritas
yang kuat menjadi alasan utama beberapa negara di pasifik selatan mendukung
kemerdekaan Papua Barat dari Indonesia. Para tokoh Papua merdeka dan beberapa
simpatisannya yang berada di Pasifik
selalu menjalin kerja sama secara intens dalam melakukan dialog dengan
pemerintah dan organisasi baik regional ( Melanesian
Spearhead Group) maupun internasional (PBB).
Kampanye
pendukung kemerdekaan Papua belakangan ini semakin besar. Mengangkat isu pelanggaran
Hak Asasi Manusia (HAM), kebijakan otonomi khusus, serta referendum. Negara
Fiji dan Papua Nugini dulunya mendukung untuk separatisme Papua dari Indonesia.
Isu Papua menimbulkan suatu citra yang melihat bahwa Indonesia adalah negara
yang sering melakukan pelanggaran hak asasi manusia, tidak peduli terhadap
ketimpangan yang terjadi di Papua Barat. Akhirnya citra Indonesia sebagai
negara yang buruk membuat negara -negara khususnya di Pasifik enggan untuk
bersikap bersahabat.
Masalah
citra Indonesia di kawasan pasifik selatan harus ditindaklanjuti. Hal ini tentu
saja mengancam keutuhan NKRI dan hubungan dengan negara-negara lain. Maka dari
itu, peluang dari fondasi dasar hubungan bilateral dengan beberapa negara di pasifik selatan bisa menjadi langkah awal
untuk mengubah mindset mengenai Indonesia sebelumnya. Potensi-potensi
seperti kedekatan geografis, kesamaan budaya serta kesamaan sumber daya alama
menjadi strategis Indonesia dalam menjalankan pembangunan serta kemanan
Indonesia.
Melanesian Spearhead Group didirikan di Port Vila pada 14
Maret 1988 dan merupakan kelompok sub-regional di kawasan
kepulauan Pasifik yang terdiri dari
negara-negara Melanesia di Pasifik, yang berdekatan dengan Australia, yaitu:
Vanuatu, Fiji, Papua Nugini, Kepulauan Salomon dan New Caledonia. Selain untuk
memajukan kebudayaan dan nilai-nilai tradisi Melanesia, tujuan
terbentuknya Melanesian Spearhead Group
sendiri adalah untuk meningkatkan perekonomian di negara-negara
Melanesia yang tergabung dalam Melanesian Spearhead Group. Visi yang
dimiliki oleh Melanesian Spearhead
Group adalah dekolonisasi dan kebebasan
seluruh negara Melanesia dengan upaya mengembangkan identitas dan keterkaitan
budaya, politik, sosial dan ekonomi masyarakat Melanesia.
Kawasan kepulauan pasifik memilki peranan
penting bagi kedaulatan Indonesia terutama mengenai permasalahan Papua Barat.
Rasa
solidaritas sebagai sesama bangsa Melanesia membuat gerakan-gerakan yang
menginginkan Papua Barat untuk merdeka mendapat sambutan hangat di
negara-negara Melanesia. Negara-negara tersebut tergabung kedalam Melanesian
Spearhead Group. Keberadaan negara-negara tersebut penting bagi Indonesia
mengingat kasus kemerdekaan Papua Barat merupakan hal yang sensitif terutama
dari dunia internasional karena menyangkut Hak Asasi manusia. Hubungan dengan
negara-negara pasifik jika tidak dikelola dengan baik di khawatirkan oleh
pemerintah Indonesia bahwa akan mengakibatkan mereka berpihak pada gerakan
Papua Merdeka. Suara negara pasifik dalam PBB juga cukup didengar, sehingga
menyulitkan posisi Indonesia di dunia Internasional.
Meskipun pemerintah negara anggota Melanesian
Spearhead Group mengakui integritas
Papua dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia semenjak disahkannya Resolusi
PBB No. 2504 pada tanggal 19 November 1969 tentang status Papua yang sah
menurut hukum internasional menjadi bagian dari NKRI,namun kenyataannya Melanesian
Spearhead Group melakukan
bentuk-bentuk intervensi terhadap gerakan separatisme di Papua.
Pada
KTT Melanesian Spearhead Group ke-18 di Fiji, Indonesia diterima dan diberikan
status sebagai observer. Pada forum ini Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
menjelaskan mengenai kondisi Papua serta mempersilakan perwakilan Melanesian
Spearhead Group melakukan kunjungan ke Papua untuk mendengar langsung terkait
kebijakan pembangunan ekonomi serta aspek keamanan di Papua dan melihat kondisi di Papua secara
langsung.
Hal
tersebut dilakukan terkait isu pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) yang diduga
dilakukan oleh pemerintah Indonesia di Papua. Keterlibatan Indonesia dalam Melanesian
Spearhead Group, berdampak pada munculnya perlawanan dari gerakan separatis
di Papua yang terancam dipersulit untuk memerdekakan Papua. Pada Juni
2013, The West Papuan National Coalition for Liberation (WPNCL) / Koalisi Nasional Papua Barat untuk
Pembebasan yang memperjuangkan kemerdekaan Papua, mendaftarkan diri sebagai
anggota Melanesian Spearhead Group
pada KTT yang dilaksanakan di Noumea. Permintaan keanggotaan ini menjadi
bahan pertimbangan bagi negara-negara anggota Melanesian Spearhead Group,
yang akhirnya pada Juni 2015 WPNCL diberikan status sebagai observer.
WPNCL sendiri adalah salah satu gerakan separatisme Papua yang dapat
dikatakan merupakan anak turunan dari OPM
D.
Dampak
Melanesian
Spearhead Groups bagi Indonesia
Arti
penting Pasifik bagi Indonesia dapat
dilihat dari aspek kawasan sebuah
yang merupakan salah satu
prioritas dalam pertimbangan politik luar negeri Indonesia selain kawasan Asia Tenggara. Stabilitas dan
keamanan di wilayah tersebut penting artinya bagi Indonesia yang sedang giat
melakukan pembangunan di segala bidang. Suatu
Pasifik yang stabil dan
damai serta ikut menopang usaha pembangunan nasional
Indonesia dan ikut mendukung upaya untuk
menjadikan Asia Tenggara sebagai wilayah damai, bebas, netral, sejahtera, dan
bebas dari senjata nuklir. Keadaan yang tidak stabil di kawasan pasifik dapat
memberikan dampak yang bersifat negatif terhadap stabilitas dan ketahanan
nasional Indonesia.
Kedekatan geografis Indonesia dengan Pasifik telah mendekatkan posisi Indonesia dengan negara-negara di kawasan tersebut,
terutama dalam memperjuangkan masalah tertentu di forum internasional. Tidak
kalah pentingnya, masyarakat di kawasn Pasifik memiliki kesamaan akar budaya, khususnya
dengan masyarakat Indonesia yang bermukim di kawasan timur Nusantara.
Berdasarkan
pendekatan geostrategi concentric circle yang menetapkan urutan
prioritas kawasan dalam melaksanakan politik luar negeri, kawasan pasifik
selatan yang secara geografis berbatasan langsung dengan Indonesia, sudah
semestinya menjadi prioritas kebijakan luar negeri Indonesia. Pasifik Selatan
dipandang sebagai sphere of primary strategic interest baik secara politik, sosial
budaya, maupun ekonomi. Hal ini justru
mempunyai posisi strategis bagi upaya menjaga kedaulatan dan mempertahankan
negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Kedekatan tersebut menjadi modal utama
counter gerakan separatism Papua dan kampanye simpatisan mereka di beberapa
negara kawasan Pasifik. Beberapa negara yang memiliki etnis Melanesia seperti
Fiji, Solomon Islands, Vanuatu, Papua Nugini mendukung untuk kemerdekaan
PapuaBarat.
Kekuatan
rasa persaudaraan Melanesia menjadi dukungan kuat. Hal ini tentu saja mengancam
kedaulatan keutuhan negara Indonesia.
Dengan dasar itu, Indonesia terus
menjalin dan menjaga hubungan demi menciptakan rasa percaya masyarakat terutama sesama etnis Melanesia di
Pasifik,mengenai stigma bahwa Indonesia adalah negara penjajah. Salah
satu upaya untuk membangun rasa percaya dan dukungan terhadap kedaulatan
Indonesia, adalah dengan menjalin kerjasama
dalam beberapa bidang. Di antaranya adalah bidang ekonomi dan politik.
E.
Hubungan
Kerjasama Indonesia dengan Negara-Negara Pasifik
Dalam
praktik Politik Luar Negeri Indonesia yang bebas aktif, Indonesia selalu
berusaha berada di posisi netral sebagai penengah dalam permasalahan. Indonesia
dibawah kepemimpinan pemerintah Joko Widodo melaksanakan hubungan bilateral
dengan negara-negara yang mampu memberikan keuntungan bagi kepentingan nasional
Indonesia.
Indonesia
menempuh cara diplomasi dalam menjalin kerjasama dengan Melanesian
Sperahead Group. Cara ini dilakukan melihat adanya dukungan dari negara
anggota Melanesian Sperahead Group
kepada kelompok Papua Merdeka. Namun disisi lain negara anggota Melanesian
Sperahead Group memberikan dukungan
kepada Indonesia untuk memperjuangkan Papua sebagai bagian dari Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Kerjasama dilakukan
karena setiap negara memiliki tujuannya masing-masing. Setiap negara merumuskan
kebijakan terkait kepentingan negara tersebut dan atas dasar kepentingan
nasional.
Kerjasama
teknik merupakan bagian integral dari kebijakan luar negeri Indonesia.
Kerjasama teknik menjadi tool of diplomacy dan diharapkan sikap
negara-negara penerima bantuan akan selaras dengan kepentingan Indonesia.
Bantuan kerjasama teknik meningkatkan persahabatan dengan negara-negara yang
menerima bantuan.
Kerjasama
teknik yang dilakukan Indonesia pada dasarnya diarahkan untuk mencapai sasaran seperti menjamin keutuhan
NKRI. Permasalahan Papua yang menjadi sorotan negara anggota Melanesian
Spearhead Group yang memberikan
dukungan kepada Organisasi Papua Merdeka ditempuh Indonesia dengan cara people
to people contact dan menawarkan
kerjasama dalam bidang-bidang yang dibutuhkan oleh negara anggota Melanesian
Spearhead Group dengan kapasitas
yang dimiliki Indonesia. Kerjasama teknik
bertujuan untuk mewujudkan kemandirian dan percepatan pembangunan di
negara-negara berkembang. Kerja sama teknik merupakan salah satu upaya untuk
meningkatkan kemitraan antarnegara melalui berbagai kegiatan dalam kerangka
kerja sama teknik. Kerjasama teknik diharapkan akan terjadi saling tukar
informasi, pengalaman serta menciptakan dasar yang kuat bagi kerja sama antara
Indonesia dan negara-negara peserta.
Kerjasama
teknik diharapkan dapat saling membantu dalam pembangunan untuk mengurangi
ketergantungan kepada negara maju dan mengejar ketertinggalannya, terutama
mengingat adanya kecenderungan jenuhnya bantuan negara-negara maju kepada
negara-negara berkembang.Kerjasama teknik
sebagai instrumen penting dalam diplomasi maka kerjasama teknik mempercepat
pencapaian sasaran Rencana Pembangunan Jangka Menengah mengenai pemantapan
politik luar negeri dan peningkatan kerjasama internasional
a. Scholarship Program on Fisheries and
Marine Human Resource Development for MSG Members
(Program Beasiswa tentang Perikanan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia)
Satuan
pendidikan lingkup Kementerian Kelautan dan Perikanan dikenal memiliki
keunggulan dalam menghasilkan lulusan yang kompeten untuk memenuhi kebutuhan
dunia usaha dan industri kelautan dan perikanan. Hal tersebut disebabkan karena
sistem pendidikan yang diterapkan adalah pendidikan vokasi dengan porsi praktek
70% dan teori 30%, yang mengarah padapengembangan pengetahuan (knowledge), keterampilan
(skill) dan karakter (character building).
Pencapaian penerapan sistem pendidikan ini telah menjadi perhatian besar bagi
negara-negara yang tergabung dalam Melanesian Spearhead Group.
Program
beasiswa memberikan kesempatan yang
besar bagi siswa negara Melanesian
Spearhead Group untuk belajar tidak
hanya substantif pendidikan, tetapi juga memahami budaya, adat, dan kebiasaan
Indonesia khususnya Maluku, menjalin persahabatan serta networkingdengan siswa, guru dan masyarakat sekitar.
Program ini mengajarkan tentang bagaimana menjadi tenaga kerja siap pakai dalam
industri perikanan ataupun memulai bisnis/usaha perikanan mandiri. Materi yang diajarkan
mulai dari teknik penangkapan, pengolahan hasil perikanan, dan budidaya serta
cara mengoperasionalkan mesin kapal dan mesin pengolahan
b. Pembangunan Regional Police
Academy Melanesian Spearhead Groups
Isu
keamanan non-tradisional yang muncul dalam kawasan Melanesia adalah persoalan transnational
organized crimes yang meliputi illegal logging, illegal fishing, illegal
migration, dan kasus trafficking. Keseluruhan pengaruh
tersebut dapat berdampak buruk dan menggangu keadaan ekonomi, sosial, politik,
dan keamanan warga negara Melanesia. Menangani persoalan transnational organized crimes negara anggota Melanesian Spearhead Group
membentuk unit polisi bersama yaitu Akademi Kepolisian Regional
Melanesia. Polisi-polisi yang berasal dari negara anggota
Melanesian Spearhead Group dipilih untuk selanjutnya mengikuti pertemuan
dan pembekalan khusus kemudian dikirim ke Akademi Kepolisian Regional Melanesia
dan mendapatkan pelatihan khusus. Polisi-polisi yang telah mendapatkan pelatihan
khusus akan diberangkatkan untuk mengontrol dan menjaga keamanan di suatu
daerah yang rawan keamanannya daerah yang rawan keamanannya Selatan pada
pertengahan dekade 1980 mulai bergejolak. Berbagai pergolakan politik seperti
kudeta kepemimpinan di Fiji, pemberontakan di Papua Nugini, dan konflik
internal pun masih menjadi dinamika keamanan dan stabilitas negara-negara
Pasifik Selatan
Bagi Indonesia, dari sisi kepentingan politik,
negara yang ini berada dalam kunci kawasan Pasifik yang penting, negara-negara
ini merupakan anggota organisasi regional sub Melanesia Melanesian
SpearheadGroup (MSG) dan Pacific
Islands Forum (PIF) di mana isu
solidaritas Papua menjadi salah satu agenda utamanya. Mereka juga merupakan
negara-negara yang cukup berpengaruh dalam kawasan pasifik baik dari segi
ekonomi maupun politik & sosial budaya. Pada tingkat hubungan ekonomi,
selain Papua Nugini sebagai negara terbesar di Pasifik, Fiji dan Vanuatu juga memiliki
hubungan ekonomi yang relative lebih banyak implementasinya.
PENUTUP
Tujuan
dari hubungan Indonesia dengan negara-negara Pasifik pada
dasarnya adalah berusaha mempertahankan
kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), terhadap dukungan negara-negara di Pasifik terkait isu separatism Papua Barat
dari Indonesia. Seperti yang diketahui, etnis Melanesia yang banyak dihuni oleh
negara-negara Pasifik memiliki rasa solidaritas
yang kuat atas sesama etnis. Maka dari itu, sebagian dari pasifik mendukung dan
mengecam Indonesia atas beberapa tindakan yang dianggap tidak memperdulikan
kesejahteraan dan keamanan masyarakat Papua Barat. Melanesia merupakan suatu etnis yang kuat akan
perjuangan kebahagiaan hidup dan rasa persaudaraan yang sederajat. Maka dari
itu, atas nama solidaritas etnis Melanesia dan juga mereka melihat adanya
pelanggaran hak asasi manusia (HAM) serta ketidakpedulian pemerintah Indonesia
terhadap kesejahteraan bagian wilayahnya sendiri (Papua Barat). Hal ini menjadi
dinamika hubungan kedua aktor ini. Sebab isu ini sudah disuarakan dalam tingkat
regional dan dunia internasional.
Kerjasama Indonesia dengan negara-negara Pasifik berupa program Capacity Building dan Good
Governance ( bidang ekonomi dan politik) yang bertujuan untuk memberikan konstribusi
bagi pembangunan dan kesejahteraan yang berkelanjutan. Indonesia juga memandang
Pasifik memiliki potensi sumber daya alam yang sama seperti di di perikanan dankelautan,
pertanian yang dibingkai dalam kerjasama
demi perkembangan kedua negara.
DAFTAR PUSTAKA
George
Junus Aditjondro. 2000. Cahaya Bintang Kejora: Papua Barat Dalam Kajian
Sejarah, Budaya, Ekonomi dan Hak Asasi Manusia.
Jakarta: Elsam
Nusa
Bhakti, Ikrar. 2000. Kebijakan Luar
Negeri Indonesia di Pasifik:: Upaya Mencegah Separatisme. Jakarta:Deplu
Tim
Jurusan Hubungan Internasional Universitas Airlangga. 2003.
Final Report: Kebijakan RI di Pasifik.
Jakarta: Deplu
Adil,
Hilman. 1993. Dinamika Perkembangan Pasifik Selatan Dan Implikasinya Terhadap
Indonesia. Jakarta : Pusat Penelitian dan Pengembangan Kemasyarakatan dan Kebudayaan
PDII-LIPI
Budiono
Kusumohamidjojo, 1987, Hubungan
Internasional: Kerangka Studi Analisis, Jakarta: Bina Cipta,
Anak
Agung Banyu Perwita dan Yanyan Mochamad Yani, 2005, Pengantar Ilmu Hubungan Internasional,
Bandung: PT.Remaja Rosdakarya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar