KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat, inayah, taufik dan hidayahnya sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah” Analisis Penggunaan Bahasa
dalam Debat Pilpres 2014 oleh Prabowo: unsur kebahasaan” tepat pada waktunya. Semoga
makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun
pedoman bagi pembaca dalam mempelajari dasar,prinsip,dan tujuan pendidikan.
Dalam
penulisan dan penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan yang telah
diberikan oleh berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
ingin menyampaikan terimakasih kepada:
1.
Orang tua dan seluruh keluarga tercinta
yang telah memberikan dukungan baik moral mapun materiil.
2.
Dosen pembimbing mata kuliah ini Atikah
Anindyarini,S.S.M.Hum.
3.
Dan umumnya kepada semua pihak yang
telah memberikan dorongan dan motivasi dalam penyelesaian makalah ini.
Harapan
kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik.
Makalah
ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat
kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Surakarta, November 2014
Tim
BAB
I
PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang Masalah
Menelisik
Pemilu yang diselenggerakan pada tahun 2014, para kandidat Capres dan Cawapres
sangat antusias dalam hal mencari simpati dan dukungan publik. Mereka bersaing untuk menarik minat
masyarakat dan memberikan suara dukungannya. Hal ini juga dilakukan oleh
pasangan Prabowo-Hatta. Mereka sangat bersemangat dalam mencari dukungan
rakyat, dari kampanye, debat Pilpres, maupun saat menyampaikan visi dan misi
mereka. Banyak ungkapan kata dan ragam bahasa yang digunaan saat debat. Berbagai
jargon pun mereka utarakan untuk menambah daya simpati masyarakat.
Dalam
hal ini penulis akan mengkaji tentang penggunaan bahasa dan ungkapan yang
digunakan oleh pasangan Prabowo-Hatta saat Pemilu 2014, oleh karena itu penulis
memuat sebuah makalah yang berjudul” Analisis
Penggunaan Bahasa dalam Debat Pilpres
2014 oleh Prabowo: unsur
kebahasaa”.
Dalam makalah ini, penulis lebih menekankan menganalisis dan mengkaji tentang
ragam bahasa dan kata yang digunakan pasangan Prabowo-Bakrie, bukan tentang
unsur politik pemilu.
I.2
RUMUSAN MASALAH
1.
Bagaimana gaya bahasa yang digunakan
saat Debat Pilpres oleh Prabowo?
2.
Bagaimana pilihan kata yang digunakan
saat Debat Pilpres oleh Prabowo ?
3.
Bagaimana penggunaan bahasa asing dalam
Debat Pilpres oleh Prabowo ?
I.3
TUJUAN
1.
Untuk mengetahui gaya bahasa yang digunakan
saat Debat Pilpres oleh Prabowo
2.
Untuk mengetahui pilihan kata (diksi)
yang digunakan saat Debat Pilpres oleh Prabowo
3.
Untuk mengetahui penggunaan bahasa asing
saat Debat Pilpres oleh Prabowo
I.4
MANFAAT
1.
Dapat mengetahui mengetahui gaya bahasa
yang digunakan saat Debat Pilpres oleh Prabowo
2.
Dapat mengetahui pilihan kata (diksi)
yang digunakan saat Debat Pilpres oleh Prabowo
3.
Dapat mengetahui penggunaan bahasa asing
saat Debat Pilpres oleh Prabowo
I.5
METODOLOGI
Metodologi yang kami gunakan dalam
penulisan makalah yang berjudul “Analisis
Penggunaan Bahasa dalam Debat Pilpres
2014 oleh Prabowo” : Unsur Kebahasaan” yaitu
:
1. Studi
Pustaka yaitu dengan mencari referensi / sumber dari buku buku atau literatur
yang berkaitan dengan penulisan makalah ini.
2. Dengan
mencari informasi dari internet yang berasal dari sumber-sumber resmi yang
mampu diyakini kebenarannya dan dipertanggung jawabkan isinya.
BAB II
ISI
A. Tinjauan Pustaka
Debat merupakan suatu kegiatan adu argumentasi antara dua pihak atau
lebih, baik secara perorangan maupun kelompok, dalam mendiskusikan dan
memutuskan masalah dan perbedaan. Dalam hal ini, debat dilakukan menurut
aturan-aturan yang jelas dan hasil dari debat dapat dihasilkan melalui voting
atau keputusan juri. Dalam debat mempunyai tekniknya tersendiri yang pada dasarnya
adalah sebuah argumen.
Teknik debat dan cara berdebat yang baik yaitu, sebelum memulai debat
kita harus menguasai topik atau masalah
yang akan diperdebatkan dan sebaiknya sebelum berdebat membaca dan menguasai sebanyak mungkin data,
fakta, literatur tentang topik yang akan diperdebatkan. Teknik debat yang kedua
yaitu percaya
diri, tenang, dan jangan terlihat gugup
atau grogi, apabila tampak gugup, maka hal itu akan membuat lawan debat merasa
“superior”. Dan teknik yang terakhir yaitu, kendalikan emosi, debat bukan “adu otot leher”,
dalam debat semestinya tetap tenang, kalem, dan berpikir jernih, meski dalam
keadaan “terdesak” atau tertekan. Apalagi dalam hal ini adalah debat presiden,
tutur kata serta sikap pasti akan diperhatikan oleh rakyatnya. Jadi dalam
berdebat itu harus menjaga wibawa diri agar rakyat tidak langsung menilai bahwa
dirinya mempunyai suatu kejelekan sifat yang ada pada dirinya.
Meski Prabowo pandai berpidato dan
piawai dalam
menyampaikan pokok pikiran di depan massa, Debat Capres tentunya ternyata
‘menguji’ tingkat rasa percaya diri. Betapa tidak, kualitas pokok pikiran atau
ulasan yang dirangkai dalam kemasan bahasa yang harus disampaikan dalam batas
waktu tertentu harus diperhitungkan dengan
cermat agar tampak meyakinkan, kelihatan cerdas, bebas salah
kata dan meninggalkan kesan bagi jutaan pemirsa televisi.
Sebagai
Calon Presiden tentu memiliki
keunikan dalam menyampaikan orasi politiknya. Kita lihat gaya orasi Prabowo. Sesuai dengan latar belakang
militer, beliau orasi dilakukan dengan penuh
semangat, berapi-api dan membangkitkan semangat nasionalisme. Kata-kata yang
keluar terdengar lugas, tegas dan meyakinkan. Sedikit mengingatkan presiden
pertama kita Ir. Soekarno ketika beliau berorasi. Menurut pandangan saya Visi
misi yang disampaikan berupa gagasan-gagasan, ide-ide baru yang terangkai dalam
bingkai ide yang masih bersifat umum yang disampaikan lugas dan tegas dengan
bahasa yang sedikit hiperbol.
Disini kami mencoba menganalisis bahasa yang digunakan Prabowo dalam debat
Capres-Cawapres dari segi diksi,tepengaruh bahasa daerah dan bahasa asing,dan
beberapa unsur kebahasaan yang lain.
A.
Diksi
Diksi adalah pemilihan
kata-kata yang hendak kita ungkapkan. Diksi atau pilihan kata mencakup
pengertian kata-kata yang harus dipakai untuk mencapai suatu gagasan,membentuk
pengelompokan kata yang tepat atau menggunakan ungkapan,dan gaya mana yang
paling baik digunakan dalam suatu situasi. . Diksi juga diartikan sebagai
kejelasan wicara, seni wicara agar kata yang dimaksud bisa dipahami sepenuhnya;
diksi juga menyangkut pelafalan (pronunciation) dan artikulasi.
Sepintas ‘gaya’ bicara
Prabowo mengingatkan kita pada mantan mertuanya, Soeharto. Ia seringkali tanpa
sadar melafalkan akhiran ‘kan’ sebagai ‘kên’ : dasarkên, investasikên,
berazaskên, ditujukên, mematikên, disampaikên, mengalirkên, bayangkên dan
sebagainya. Padahal akhiran “ken” adalah kata yang tidak baku digunakan dalam
kehidupan sehari-hari. Seharusnya menurut kaidah Bahasa Indonesia yang benar
adalah ‘kan’.
Ia juga sering
menggunakan kata ‘daripada’ di antara dua kata benda, misalnya “inti daripada
masalah” dan sebagainya. Kata daripada dalam kaidah Bahasa Indonesia digunakan untuk menghubungkan
perbandingan antara dua hal. Sehingga kata yang baik digunakan oleh Prabowo
seharusnya adalah dari.
Prabowo juga menyukai kata ‘ujung-ujungnya’
untuk mengartikan ‘pada akhirnya’. Tercatat dua kali ia menggunakan kata itu.
Karena kata ‘ujung-ujungnya’ menimbulkan
kesan yang tidak resmi sehingga tidak baku dalam digunakan dalam acara
resmi
B.
Pengaruh Bahasa Lain
Pengaruh bahasa lain,
yakni penyisipan kata-kata dari bahasa lain ketika bertutur. Prabowo lebh sering
menyisipkan kata-kata berbahasa Inggris, baik dalam keperluan menjelaskan
istilah Inggris (misalnya ‘crude oil), dan melontarkan jargon seperti ‘the big
push strategy’ Baik Prabowo dan Jokowi
juga menyisipkan kata atau frasa berbahasa Jawa. Jokowi menggunakan frasa
‘wira-wiri’ untuk menjelaskan hilir mudik kapal dari ujung Sumatre ke Papua. Ia
juga memakai frasa ‘ujug-ujug’ untuk menggantikan frasa ‘dengan begitu saja’
dalam kalimat ini : “Kita harus menghormati kontrak kerja dengan asing, tidak
bisa kita ujug-ujug mengambilnya”. Prabowo menggunakan jargon berbahasa Jawa
satu kali, yakni ketika ia menggambarkan perekonomian yang harus dinikmati
rakyat kecil. Ia bilang “wong cilik iso
gemuyu” (rakyat kecil bisa tersenyum).
C.
Selip
Lidah
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) keseleo lidah (slip of
the tongue) memiliki makna salah mengucapkan atau salah mengatakan. Dalam
berdebat prabowo juga terjadi kesalahan dalam mengucapkan kata. Prabowo
mengatakan ‘4.00 kilometer kerata api’ yang seharusnya ‘4.000 kilometer jalan
kereta api’, dan mengucapkan ‘tabung haji’ untuk frasa yang seharusnya
‘tabungan haji’. Kemudian ketika Prabowo menghadiri acara Kebaktian Kenaikan
Isa Almasih di Plenary Hall Jakarta Convention Centre (JCC), pada Kamis
(3/7/14) yang lalu. Dalam harian Kompas memuat artikel yang berjudul Selip Lidah, Prabowo Salah Sebut Kepanjangan PKS.
Karena ada beberapa kalimat yang keluar dari Prabowo yang perlu dipertanyakan.
Kutipan pernyataan Prabowo tersebut;”Yang terhormat Bapak Anis Matta,Presiden Partai
Keadilan Sosial” kata Prabowo mengawali sambutannya dalam acara Kebaktian dan
Perayaan Isa Almasih itu ,keriuhan para hadirin langsung menyadarkan Prabowo.”Maaf..maaf.maksud saya Partai Keadilan
Sejahtera. Maklum saya sudah agak linglung lupa hari,pun lupa tanggal”kata
Prabowo
Coba perhatikan kata-kata yang dibuat miring tersebut. Kata-kata tersebut ada
yang janggal. Kalau kita kritis tentu akan mempertanyakan dari pernyataan
Prabowo tersebut. Oleh karena itu dapat kita ambil pelajaran dari sini bahwa
kesalahan dalam mengucapkan kata adalah hal yang tanpa kita sadari, akan
tetapi sebisa mungkin kita untuk
meminimalisir kesalahan dalam mengucapkan kata/kalimat yaitu dengan memikirkan
terlebih dahulu apa yang akan kita ungkapkan.
D.
Gaya Bahasa (Majas)
Gaya
bahasa (Majas),seperti yang kita tahu bahwa majas adalah bahasa indah yang
digunakan untuk mempercantik susunan kalimat yang tujuan akhirnya ialah untuk
memperoleh efek tertentu agar tercipta sebuah kesan imajinatif bagi penyimak
atau pendengarnya, baik secara lisan maupun tertulis.
Dalam
hal ini debat capres sering kali
menggunakan gaya bahasa tertentu, terutama gaya bahasa repetitif. Gaya bahasa
repetitif adalah perulangan kata sebagai penegasan.
Gaya bahasa personifikasi juga digunakan
oleh Prabowo. Gaya bahasa pesonifikasi adalah adalah majas yang membandingkan
benda-benda tak bernyawa seolah-olah mempunyai sifat seperti manusia. Misalnya :
Prabowo mengatakan “APBN tidak jatuh dari langit”. Gaya bahasa
eufemisme juga sering kali digunakan oleh Prabowo. Misalnya : ‘wong cilik’,
‘rakyat kecil’. Ungkapan
‘wong cilik’,’rakyat kecil’ mengandung arti yang lebih halus sebagai pengganti
ungkapan yang dirasakan kasar.
BAB
III
PENUTUP
I.
KESIMPULAN
Debat
merupakan kegiatan adu argumentasi antara dua pihak atau lebih untuk
mendiskusikan dan memutuskan suatu masalah dengan dua sudut pandang berbeda.
Dalam debat hendaknya menggunakan bahas yang baik dan benar. Pada debat calon
presiden yang baru baru saja terjadi Prabowo subiyanto kerap kali melakukan
kesalahan dalam bertutur dalam deabtnya. Berikut kesalahan- kesalahan yang
dilakukan oleh Prabowo dalam debat:
·
Dalam debat secara sadar atau tidak
Prabowo kerap menggunakan akhiran ‘kên’
untuk mengganti akhiran “kan”
·
Prabowo pernah selip lidah dan mengatakan
“400 kilometer kereta api” yang seharusnya “4000 kilometer kereta api”
·
Penyisipan bahasa asing dan bahasa
daerah dalam debatnya yang kurang tepat
·
Gaya bahasa (majas) yang digunakan
Prabowo dalam debat kerap menggunakan majas personifikasi yang menggambarkan
benda mati seolah olah hidup dan eufimisme untuk memperhalus kata-kata yang
sekiranya kasar.
II.
SARAN
1.
Dalam acara resmi sebaiknya kita
menggunakan bahasa yang mudah dimengarti masyarakat mudah yang benar dan
baik,agar masyarakat mudah memahaminya.
2.
Ada baiknya dalam bertutur di forum
resmi dapat mengendalikan emosi agar tidak terjadi selip lidah dan kesalahan
bicara lainnya.