Tampilkan postingan dengan label Ekonomi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Ekonomi. Tampilkan semua postingan

Jumat, 07 April 2017

Peran Pemerintah dalam Pengembangan Ekonomi Kerakyatan di Kampung Naga demi Terwujudnya Kesejahteraan Masyarakat




a)      Potensi Ekonomi yang ada di Kampung Naga
Potensi ekonomi dalam hal ini adalah sumber daya desa yang dapat digunakan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat. Di Kampung Naga, potensi sumber daya alam yang terbentang luas adalah lahan pertanian dan ladang. Hal ini dikarenakan kondisi geografis desa yang berada di dataran rendah. Dari sektor pertanian, hasil utama dari Kampung Naga adalah Padi. Namun juga ada hasil tanaman lain seperti kayu untuk bahan bangunan. Selain itu, Kampung Naga juga memiliki potensi dari sektor perikanan. Pengembangan sektor perikanan ini tidak harus yang berbasis pada perikanan air asin, tetapi juga untuk perikanan air tawar. Hasil utama dari sektor perikanan adalah ikan mas, mujaer, nilem, gurame, nila, dan bibit ikan. Kampung Naga menolak jika desa tersebut disebut sebagai obyek wisata karena menjurus kearah tontonan. Maka ada ciri khas yang dapat mendatangkan orang untuk bersilahturahmi  yang dapat dijadikan potensi ekonomi dalam pembangunan Kampung Naga. Ciri khas dapat dijadikan potensi ekonomi dalam pembangunan Kampung Naga. Keunikan dan budaya yang masih dipegang oleh penduduk ini yang merupakan situs peninggalan sejarah dapat dijadikan sumber ekonomi desa selain untuk menambah wawasan sejarah masyarakat. Selain itu, Kampung Naga mempunyai potensi untuk pengembangan usaha kecil menengah. Usaha mikro dan menengah yang ada di desa ini adalah kerajinan yang dapat dijadikan oleh-oleh, seperti sandal, gantungan kunci, kipas, dan lain-lain.
b)      Pengembangan Ekonomi Kerakyatan di Kampung Naga demi Terwujudnya Kesejahteraan Masyarakat
Pemberdayaan ekonomi di Kampung Naga ini diarahkan untuk meningkatkan kondisi ekonomi desa yang dulunya mengalami kemiskinan dan keterbelakangan. Pemberdayaan ekonomi masyarakat ini dapat diketahui melalui upaya-upaya yang dilakukan pemerintah dalam membangun Kampung Naga di bawah ini:
1.      Pemerintah Kabupaten
Dalam pengembangan ekonomi kerakyatan di Kampung Naga, Kabupaten Tasikmalaya merupakan aktor yang diberi kesempatan untuk menentukan kebijakan pembangunan yang akan dibuat. Peran Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya selain menjalankan fungsi perencanaan, fasilitator dan pengawasan, juga mengadakan suatu pembangunan yang berkelanjutan. Di Kampung Naga, program pemberdayaan ekonomi yang ada diupayakan untuk mempunyai program yang berkelanjutan. Hal ini dilakukan dari semua sektor yaitu pertanian/perkebunan, perikanan, UKM. Program berkelanjutan ini sudah dituangkan dalam peraturan Kabupaten Tasikmalaya untuk melakukan rencana pengembangan wilayah sesuai dengan potensi daerah masing-masing.
2.      Pemerintah Kecamatan
Dalam pembangunan desa melalui pemberdayaan ekonomi di Kampung Naga, Kecamatan Salawu bertindak sebagai fasilitator antara pemerintah Kabupaten Tasikmalaya dengan pemerintah Desa Neglasari.  Kecamatan hanya mempunyai wewenang melaksanakan apa yang ditugaskan oleh bupati. Hal ini dikarenakan kecamatan tidak mempunyai otonomi. Sehingga, kecamatan merupakan sarana untuk membantu dan mempermudah kabupaten mengawasi pembangunan setiap  daerah yang menjadi wilayahnya.
3.      Pemerintah Desa
Desa merupakan level pemerintahan terendah yang mempunyai otonomi sendiri untuk mengelola wilayahnya sesuai dengan potensi dan karakter masing-masing. Seiring dengan dengan munculnya paradigma baru dalam pembangunan yaitu pemberdayaan masyarakat, maka pembangunan desa dimulai dari pemerintah desa yang menjadi tingkat pemerintahan yang dekat dengan masyarakat. Di Kampung Naga, upaya yang dilakukan pemerintah Desa Neglasari  sebagai berikut:
a.       Menempatkan masyarakat sebagai subyek dan obyek pembangunan.
b.      Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam upaya pembangunan ekonomi desa.
c.       Melakukan pemberdayaan masyarakat dalam upaya meningkatkan kondisi ekonomi desa dengan pendidikan dan pelatihan, program simpan pinjam dan pembangunan sarana dan prasarana.
2.      Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Muktiharjo Menuju Desa Tidak Tertinggal
a)        Faktor Pendukung
Sumber daya alam merupakan salah satu modal dalam merencanakan sebuah pembangunan. Kampung Naga merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Salawu yang mempunyai bentang alam berupa lahan pertanian yang melimpah. Selain itu kondisi geografis yang dilalui beberapa sungai menyebabkan desa ini mempunyai potensi pula dibidang perikanan. Selain itu, sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam upaya pembangunan nasional. Hal ini dikarenakan sumber daya manusia adalah aktor yang menjalankan pembangunan. Kampung Naga adalah desa yang mempunyai jumlah penduduk yang banyak 306 jiwa.
Adanya arus globalisasi dan kemajuan teknologi sebenarnya mendukung pemberdayaan ekonomi masyarakat di Kampung Naga. Di Kampung Naga, globalisasi ini dapat mem-pengaruhi pembangunan ekonomi desa yang sedang berlangsung. Namun masyarakat sekitar menolak dengan adanya globalisasi terutama dalam bidang pertanian. Hal yang tampak nyata dalam bidang pertanian yaitu penggunaan pupuk organik dan pengolahan sawah dengan bajak. Selain itu, terdapat juga pengaruh negatif dari globalisasi bagi pembangunan desa yaitu terjadinya urbanisasi. Kondisi ini pada akhirnya mempengaruhi kondisi perekonomian desa. Dari sisi kemajuan teknologi informasi, masyarakat juga dapat dengan mudah untuk mengakses perkembangan sistem bertani, mengelola ikan atau bahkan mendirikan sebuah usaha.
b)        Faktor Penghambat
Di Kampung Naga, keterbatasan modal ini menjadi penghambat dalam proses pembangunan ekonomi masyarakat.  Seperti yang telah diketahui bahwa ketersediaan dana dapat mendukung atau menghambat pembangunan. Kondisi keterbatasan dana yang ada di Kampung Naga mempunyai pengaruh terhadap pembangunan ekonomi yang dilakukan. Di Kampung Naga, ketersediaan sarana  dan prasarana ini merujuk pada sistem fisik yang menyediakan transportasi, pengairan, drainase dan fasilitas publik lain seperti sarana pendidikan dan kesehatan yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia dalam lingkup sosial dan ekonomi sudah tersedia. Namun, dalam pengem-bangannya masih membutuhkan pembangunan yang berkelanjutan. Selain itu, partisipasi masyarakat merupakan aspek utama dalam upaya melakukan pemberdayaan ekonomi masyarakat. Di Kampung Naga, partisipasi masyarakat dirasakan kurang. Hal ini dapat diketahui dari masih kurangnya masyarakat dalam musyawarah-musyawarah yang membahas mengenai pembangunan desa.

Kamis, 20 Oktober 2016

Sistem Perekonomian Negara




1)      Sistem perekonomian adalah sistem yang digunakan oleh suatu negara untuk mengalokasikan sumber daya yang dimilikinya baik secara individu maupun organisasi di negara tersebut. Sistem ekonomi apa yang diterapkan di Indonesia, kapitalisme, sosilaisme,campuran? Ditinjau dari sistem kepemilikan sumber daya bahwa sistem ekonomi kita adalah kapitalisme. Sama halnya ,tak pula cukup argumentasi untuk mengatakan, bahwa kita menganut sistem ekonomi sosialis. Indonesia mengakui pemilikan individu atas faktor-faktor produksi, kecuali untuk diatur dengan tegas oleh pasal 33 UUD 1945. Jadi secara konstitusional, sistem ekonomi Indonesia bukan sistem kapitalisme dan bukanlah sosialisme.
Untuk memahami sistem ekonomi yang diterapkan di Indonesia paling tidak secara konstitusional maka perlu memahami terlebih dahulu ideologi yang dianut oleh Indonesia. Sistem ekonomi atau perekonomian Indonesia tidak terlepas dari prinsip-prinsip dasar dari pembentukan negara Republik Indonesia yang tercantum dalam Pancasila dan UUD 1945.
Sistem perekonomian di Indonesia pada dasarnya berlandasakan pada sistem perekonomian pancasila. Ekonomi pancasila merupakan ilmu ekonomi kelembagaan yang menjunjung tinggi nilai-nilai kelembagaan pancasila sebagai ideologi negara.
Ekonomi pancasila disebut juga sebagai ekonomi yang berasaskan kekeluargaan, kegotong-royongan dan kerjasama. Ini adalah nilai-nilai tradisional yang bersumber dari budaya Indonesia, yang bisa saja sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai agama yang dianut oleh masyarakat Indonesia. Asas kekeluargaan ini, yang berdasarkan pada solidaritas mekanis, telah ditransformasikan menjadi solidaritas fungsional, dengan nilai-nilai individualitas dalam lembaga koperasi. Jika ekonomi pancasila didasarkan pada Pasal 33 UUD 1945 yang menyebutkan bahwa cabang-cabang penting kebutuhan rakyat dikuasai oleh negara, sehingga melahirkan BUMN.
Namun dalam perakteknya, sistem ekonomi Indonesia dalam praktek penerapannya dalam beberapa dekade belakangan ini sejak era orde baru cenderung kapitalis dan cenderung bersifat sosialis di era Soekarno. Ini jelas bertentangan dengan konstitusi negara yang tidak menganut sistem kapitalis dan sosialisme. Ini mengindikasikan bahwa sistem ekonomi Indonesia selalu berjalan sesuai dengan selera dan kepentingan  politik para penguasa yang sedang berkuasa. Padahal jika dilihat secara historis dan isi dari konstitusi Republik Indonesia dimana sistem ekonominya dilandasi oleh Pancasila dan UUD 1945 justru sangat sejalan dengan ajaran-ajaran agama. Akan tetapi perjalanan bangsa Indonesia dalam membangun ekonomi berdasarkan pada landasan konstitusinya (pancasila dan UUD 1945) cenderung terbawa arus pada pola pembangunan ala sistem sosialisme dan sistem kapitalisme.
2)      Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya- sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dan swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut.
Masalah pokok dalam pembangunan daerah adalah terletak pada penekanan terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan pada kekhasan daerah yang bersangkutan (endegenous development) dengan menggunakan potensi sumber daya manusia, kelembagaan, dan sumber daya fisik secara lokal. Orientasi ini mengarahkan kita kepada pengambilan inisiatif-inisiatif yang berasal dari daerah tersebut dalam proses pembanguan untuk menciptakan kesempatan kerja baru dan merangsang peningkatan kegiatan ekonomi.
Perbedaan antar daerah merupakan suatu konsekuensi logis dari perbedaan karakteristik alam, ekonomi, sosial dan budaya. Wilayah-wilayah dengan potensi sumber daya alam dan lokasi yang menguntungkan, yang seharusnya berkembang dan menciptakan percepatan pembanguan bagi wilayah-wilayah yang tertinggal tidak hadir secara optimal. Pembanguan regional yang berimbang yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang optimal yang tercipta dari sinergitas interaksi antar wilayah juga tidak tercapai secara optimal (Anwar,2005:56)
Solusi yang bisa untuk mengatasi permasalah pembanguan daerah tersebut antara lain, membangun daya tarik peyehatan iklim investasi dan dinamisasi ekonmi daerah. Membangun daya tahan, merupakan kemampuan menyesuaikan diri serta memulihkan diri sektor ekonomi dari tekanan faktor ekonomi maupun non ekonomi. Membangun daya saing adalah mengintegrasikan wilayah administrasi menjadi wilayah ekonomi dalam suatau wadah kerja sama antar daerah bidang kebijakan ekonomi, komunikasi informasi, serat kerjasama pemasaran (Pusat Kajian Administrasi Internasional:2010)

3)      Pemerintah selama ini hanya fokus pada sektor ekonomi saja dalam mengatasi permasalahan kemiskinan di Indonesia. Padahal sosial dan budaya seharusnya juga faktor pendukung upaya pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan itu sendiri.
Pemerintah perlu memberi dukungan lebih dari kebijakan. Soal ekonomi, program yang menyentuh masyarakat miskin selalu tak berjalan dengan baik, memang faktor ekonomi memang harus.
Meski demikian, faktor budaya serta sosial bisa mempengaruhi efektivitas pengentasan kemiskinan. Selama ini berbagai survei membuat indikator masyarakat miskin dengan rokok, padahal aspek itu berlatar belakang sosial dan budaya. Ada survei masyarakat miskin katanya habis uang karena merokok.
Selama ini pemerintah mengandalkan pengentasan kemiskinan melalui infrastruktur serta beberapa faktor strategis lainnyapemerintah melupakan cara pengentasan kemiskinan melalui faktor sosial dan budaya. Sebetulnya akselerasi menyelesaikan kemiskinan selalu dari infrastruktur dan lain-lain. Padahal kalau di lihat di Eropa, mereka masyarakat dilatih budaya mengentaskan prinsip personal sehinggan lebih disiplin. Ke depan pemerintah harus pikirkan anggaran di aspek budaya dan sosial.(Merdeka/1/3/2016).

Penguatan Strategi Pemasaran Melalui Promosi Berbasis Teknologi guna Menghidupkan Kembali Desa Wisata

PENGUATAN STRATEGI PEMASARAN MELALUI PROMOSI BERBASIS TEKNOLOGI GUNA MENGHIDUPKAN KEMBALI DESA WISATA
( Studi kasus sentra industri gamelan “Palu Gongso” Dk. Gendengan Ds. Wirun)
Untuk mata kuliah Sistem Perekonomian Negara
Dosen Pengampu:
Wijianto,S.Pd,M.Sc

Disusun oleh:

Nama   : Anggi Yoga Pramanda
                                    Nim     : K6414007
           

PRODI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
SURAKARTA

PENGUATAN STRATEGI PEMASARAN MELALUI PROMOSI BERBASIS TEKNOLOGI GUNA MENGHIDUPKAN KEMBALI DESA WISATA
( Studi kasus sentra industri gamelan “Palu Gongso” Dk. Gendengan Ds. Wirun)


Disusun oleh
Anggi Yoga Pramanda/ K6414007
PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

ABSTRAK
Kerajinan Gamelan Palu Gongso adalah sebuah perusahaan kecil menengah yang bergerak di bidang alat musik tradisional yaitu pembuatan gamelan yang berada di Desa Wirun, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo, Propinsi Jawa Tengah. Sistem penjualan, pemasaran dan promosi yang dipakai saat ini oleh Palu Gongso adalah masih menggunakan sistem secara manual, dimana pembeli harus datang langsung ke galeri tersebut. Sulitnya konsumen untuk mengetahui produk yang diinginkan dan sulitnya mencari media promosi.Industri gamelan sendiri merupakan potensi tersendiri bagi Desa Wirun. Pengambilan judul ini dilatar belakang keinginan bagaimana pemasaran dan promosi yang berbasis teknologi dapat menghidupkan kembali Desa Wirun sebagai Desa Wisata. Industri gamelan merupakan potensi yang paling potensional untuk dikembangakan sebagai inti dari pengembangan dan penataan kembali Desa Wirun sebagai desa wisata.Dengan penguatan strategi pemasaran dan promosi gamelan setidaknya sebagai sebuah upaya untuk menghidupkan kembali desa wisata. Keberhasilan pemasaran, promosi, dan penataan desa yang dilakukan tentunya juga tak lepas dari peran serta masyarakat desa, karena peningkatan taraf hidup masyarakat adalah salah satu prinsip desa wisata.
Kata kunci : pemasaran, promosi, gamelan, teknologi, desa wisata





BAB I
PENDAHULUAN
Dunia tanpa batas sebagai konsekuensi globalisasi mendorong masyarakat untuk menyatu sebagai komunitas dunia yang terhubung semakin dekat melalui jaringan internet dan alat komunikasi lainnya. Secara geografis, komunitas itu terpisah jauh, tetapi mereka dapat menjalin komunikasi secara cepat sehingga hubungan pun terasa makin dekat.
Akibatnya, lalu lintas budaya antarwilayah dunia berjalan dengan lancar tanpa hambatan berarti. Batas-batas kedaulatan negara tidak mampu menahan masuknya budaya dari negara lain meskipun budaya itu memiliki perbedaan besar. Masuknya budaya asing ke suatu negara tidak bisa dibatasi oleh aturan-aturan ketat yang mengikat karena globalisai informasi dan komunikasi mampu mengatasinya.
Situasi yang kemudian muncul adalah Indonesia menjadi salah satu pasar potensial berkembangnya budaya asing milik negara maju berkekuatan besar. Situasi ini mengancam budaya-budaya lokal yang telah lama mentradisi dalam kehidupan sosiokultural masyarakat Indonesia. Budaya lokal dihadapkan pada persaingan dengan budaya asing untuk menjadi budaya yang dianut masyarakat demi menjaga eksistensinya. Daya tahan budaya lokal sedang diuji dalam menghadapi penetrasi budaya asing yang mengglobal itu. Permasalahannya, daya tahan budaya lokal relatif lemah dalam menghadapi serbuan budaya asing. Perlahan tapi pasti, budaya lokal sepi peminat karena masyarakat cenderung menggunakan budaya asing yang dianggap lebih modern.
Ketika permasalahan itu muncul, harus ada strategi untuk menangkalnya. Strategi yang paling tepat untuk menguatkan daya tahan budaya lokal adalah dengan menyerap sisi-sisi baik dan unggul dari budaya asing untuk dikombinasikan dengan budaya lokal sehingga ada perpaduan yang tetap mencitrakan budaya lokal..
Menyikapi prolematika itu, dibutuhkan strategi yang tepat agar budaya lokal tidak semakin tergerus oleh budaya asing dan secara perlahan berpotensi melenyapkan. Strategi yang bisa dijalankan adalah melalui manajemen pemasaran yang baik. Pemasaran bermula dari kenyataan bahwa manusia adalah makhluk yang memiliki kebutuhan dan keinginan. Kebutuahn dan keinginan itu menciptakan suatu keadaan yang tidak menyenangkan dalam diri sesorang yang harus dipecahkan melalui pemilikna nproduk untuk memuasakan kebutuhan tertentu.
Berbicara mengenai budaya lokal perhatian saya menuju ke tempat kerajinan Gamelan PALU GONGSO yang berada di Wirun, Mojolaban,Sukoharjo sebagai salah satu tempat yang masih mempertahankan budaya lokal dengan membuat alat tradisisonal. Ditengah terpaan globalisasi saat ini industri alat musik daerah khususnya gamelan mulai tergeser dengan kehadiran alat musik modern. Sebagai salah satu penyokong pelestarian budaya lokal, tentunya ada kendala yang dihadapi oleh pengrajin gamelan tersebut. Salah satu penyebab yang utama ialah pemasaran dan jalur promosi produk yang sangat minim.
Keterbatasan dan minimnya jalur pemasaran dan promosi produk gamelan mengakibatkan sepinya peminat produk gamelan, sehingga produksi gamelan pun berhenti karena tidak ada pemesan. Oleh karena itu untuk menjaga eksistensi budaya lokal khususnya gamelan ditengah serbuan alat musik modern yang lebih di minati saat ini diperlukan sebuah terobosan baru guna membangkitkan semangat produksi gamelan. Salah satu usaha yang dapat ditempuh ialah dengan melakukan manajemen pemasaran dan membuat banyak saluran promosi dengan menggunakan kemajuan teknologi saat ini, sehingga keberadaan usaha gamelan pun bisa diketahui oleh masyarakat umum. Melalui pemanfaatan jalur pemasaran dan saluran promosi yang sesuai dengan keadaan saat ini di harapkan keberadaan usaha gamelan dapat bisa bersaing dengan usaha alat musik modern.








BAB II
PERMASALAHAN
Salah satu UMKM yang juga berfungsi sebagai pelestari budaya lokal ialah para pengarajin gamelan. Obyek yang dipilih untuk kegiatan observasi berada di sentra pengrajin gamelan perunggu PALU GONGSO yang beralamat digendengan RT02/IV, Wirun, Mojolaban, Sukoharjo sebagai salah satu desa wisata yang ada di kabupaten Sukoharjo.
Berdasarkan metode wawancara observasi yang dilakukan terdapat sebuah permasalahan yang cukup serius demi keberlangsungan usaha tersebut. Permasalahan tersebut ialah terletak pada jalur pemasaran dan saluran promosi yang sangat minim. Pemasaran yang hanya dilakukan dari mulut ke mulut kurang bisa mengembangkan usaha gamelan. Dengan pemasaran yang hanya dilakukan dari mulut ke mulut saluran promosi juga hanya lewat mulut ke mulut tanpa menggunakan fasilitas yang ada saat ini. Sehingga penyebab utama dari keberlangsungan usaha ini ialah sepinya peminat alat musik gamelan yang diakibatkan oleh  pemasaran dan saluran promosi yang tidak memadai.
Untuk mengatasi minimnya jalur pemasaran dan saluran promosi, dengan kemajuan zaman ini kita bisa memanfaatan perkembangan teknologi untuk memperluas pemasaran dan promosi yang lebih baik guna menghidupkan dan memperkenalkan kembali kepada masyarakat luas Desa Wisata Wirun dengan menata, mengatur dan merencanakan kawasan desaWirun agar menarik pengunjung sebanyak mungkin serta mengembangkan kawasan desa wisata tersebut dengan industri gamelan sebagai andalannya. Dengan pemanfaatan perkembangan teknologi pemasaran dan promosi tidak hanya dilakukan dari mulut ke mulut, namun bisa dilakukan dengan berbagai cara. Cara-cara apa yang akan digunakan inilah yang menarik perhatian menjadi objek kajian. Dalam tulisan ini akan dibahas mengenai bagaimana pemanfaatan teknologi saat ini guna menunjang pemasaran dan promosi kerajinan gamelan yang sedang diterpa oleh arus modernisasi alat musik



BAB III
PEMBAHASAN
A.    Tinjauan Pustaka
a.       Pemasaran dan Promosi
Pemasaran adalah upaya untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen melalui penciptaan produk ataupun jasa yang kemudian dinikmati atau dibeli oleh mereka yang membutuhkan melalui suatu proses pertukaran. Penciptaan produk dan jasa tersebut dilandaskan pada permintaan dan penawaran kelompok pasar tertentu. Kelompok pasar menurut Kasmir (2006) meliputi :
1.      Pasar konsumen, pasar di mana individu dan rumah tangga dapat membeli barang atau jasa untuk dikonsumsi sendiri.
2.      Pasar industri, pasar di mana pihak-pihak yang membeli barang atau jasa mempergunakannya kembali untuk menghasilkan barang atau jasa lain atau disewakan kepada pihak lain untuk mengambil untung.
3.      Pasar reseller, pasar yang terdiri atas unit-unit pemerintah yang membeli atau menyewa barang atau jasa untuk melaksanakan fungsi utama pemerintah pusat dan daerah.
4.      Pasar internasional, produk dan atau jasa yang terdiri atas pasar antar negara atau pasar internasional (ekspor dan impor).
Pemasaran dan promosi pada dasarnya hampir sama definisinya, promosi adalah upaya untuk memberitahukan atau menawarkan produk atau jasa pada dengan tujuan menarik calon konsumen untuk membeli atau mengkonsumsinya. Dengan adanay promosi produsen dan distributor mengharapkan angka penaikan penjualan. Kegiatan promosi ini sama pentingnya dengan tiga kegiatan Price, Product, Place (3P). Setiap wirausah berusaha mempromosikan seluruh prosuk dan atau jasa yang dimilikinya, baik langsung maupun tidak langsung. Tanpa promosi, pelanggan tidak dapat mengenal produk atau jasa yang ditawarkan. Untuk itu promosi merupakansarana yang paling ampuh untuk menarik dan mempertahankan konsumennya. Setidaknya ada empat macam sarana promosi yang dapat digunakan, yaitu :
a.       Periklanan (advertising), seperti pemasangan billboard, pencetakan brosur, pemasangan spanduk, umbul-umbul, iklan melalui media cetak dan media elektronik.
b.      Promosi penjualan (sales promotion), untuk menarik minat pelanggan agar segera membeli produk/jasa yang ditawarkan.
c.       Publisitas (publicity), kegiatan untuk memancing pelanggan melalui kegiatan, seperti pameran dan bakti sosial. Lewat kegiatan ini di harapkan dapat meningkatkan pamor perusahaan di mata konsumennya.
d.      Penjaualn pribadi ( personal selling), penjualan produk yang dilakukan secara langsung oleh salesman atau salesgirl dengan cara door to door (dari pintu ke pintu)
b.      Desa Wisata
R.B. Soemanto menyatakan bahwa suatu daerah bisa menjadi obyek pariwisata kerena daerah tersebut mempunyai atraksi wisata dimana dalam atraksi tersebut mempunyai beberapa aspek historis, aspek nilai, aspek keasliandan aspek handycraft.
Pengembangan desa wisata merupakan salah satu pemberdayaan ekonomi kerakyatan dalam bidang pariwisata. Makna dari pengembangan desa wisataadalah perekonomian masyarakat pedesaan diangkat melalui kegiatan pariwisata,dimana pariwisata dikembangkan berdasarkan unsur-unsur kegiatan yang telah ada di pedesaan serta ciri khas budaya setempat. Sehingga sumber daya lokal memiliki kemampuan dan daya saing tangguh dalam memasuki iklim usaha dantantangan baru dalam pengembangan pariwisata.
Village Tourism, where small groups of tourist stay in or near traditional,often remote villages and learn about village life and the local environment.Wisata pedesaan dimana sekelompok kecil wisatawan tinggal dalam ataudekat dengan suasana tradisional, sering di desa-desa yang terpencil danbelajar tentang kehidupan pedesaan dan lingkungan setempat.(EdwardInskeep, dalam Tourism Planning An Integrated and Sustainable DevelopmentApproach, hal. 166).


B.     Penciptaan Strategi Pemasaran dan Promosi Berbasis Teknologi
Usaha kecil dan menengah idealnya memang membutuhkan peran dan campur tangan dari pemerintah dalam peningkatan kemampuan bersaing. Sungguhpun demikian, yang perlu diperhatikan adalah bahwa kemampuan di sini bukan dalam arti kemampuan untuk bersaing dengan usaha/industri besar, tetapi lebih pada kemampuan untuk memprediksi lingkungan usaha dan kemampuan untuk mengantisipasi kondisi lingkungan tersebut.
Keberhasilan  budaya asing masuk ke Indonesia dan memengaruhi perkembangan budaya lokal disebabkan oleh kemampuannya  dalam memanfaatkan kemajuan teknologi informasi secara maksimal. Di era global, siapa yang menguasai teknologi informasi memiliki peluang lebih besar dalam menguasai peradaban dibandingkan yang lemah dalam pemanfaatan teknologi informasi. Karena itu, strategi yang harus dijalankan adalah memanfaatkan akses kemajuan teknologi informasi dan komunikasi sebagai pelestari dan pengembang nilai-nilai budaya lokal. Budaya lokal yang khas dapat menjadi suatu produk yang memiliki nilai tambah tinggi apabila disesuaikan dengan perkembangan media komunikasi dan informasi. Harus ada upaya untuk menjadikan media sebagai alat untuk memasarkan budaya lokal ke seluruh dunia. Jika ini bisa dilakukan, maka daya tarik budaya lokal akan semakin tinggi sehingga dapat berpengaruh  pada daya tarik lainnya, termasuk ekonomi dan investasi. 
Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi menjadi suatu peluang bagi pengembangan tata kelola desa budaya untuk meluaskan jaringan promosi budaya lokal dan mempermudah usaha-usaha pemasaran sosial terhadap aktivitas-aktivitas budaya lokal yang diadakan di suatu desa budaya. Kehadiran media internet sebagai salah satu bentuk kemajuan teknologi komunikasi yang mendorong terjadinya percepatan dalam distribusi informasi mengenai agenda kegiatan kesenian budaya lokal yang digelar oleh suatu desa budaya.
Evolusi yang terjadi pada internet merupakan satu fenomena yang paling menarik dalam kemajuan teknologi yang terjadi sekarang. Satu aspek yang boleh dibilang utama dalam evolusi ini adalah munculnya electronic commerse (e-commerse) dalam lingkungan bisnis. E-commerse mengubah hampir semua fungsi bisnis area dan setiap kegiatannya, mulai dari transaksi jual belinya sampai periklanannya. Dengan lahirnya E-commerse ini memudahkan konsumen untuk dapat melakukan transaksi jual beli tanpa harus datang ke tempatnya.
Pengrajin gamelan Palu Gongso, merupakan usaha kecil menengah yang bergerak dibidang industri gamelan. Gamelan yang diproduksi mencakup beberapa kategori antara lain bonang, saron, kenong, gong, slenthem, dan lain lain baik gamelan jawa, bali, atau semua alat musik tradisional daerah yang terbuat dari kuningan dan timah. Proses penjualannya yaitu mengerjakan barang pesanan konsumen dan membuat produk dengan kualitas sendiri.
Dalam melakukan kegiatannya perusahaan ini masih menggunakan proses konvensional pada saat konsumen ingin memesan pembuatan produk. Konsumen masih diharuskan mengirim desain produk dan rincian pesanannya dengan datang sendiri ke perusahaan. Kurang tersebarnya keberadaan pengrajin gamelan inilah yang menimbulkan kurangnya pemesan gamelan sehingga proses produksi pun terhenti. Hal tersebut tentu mengakibatkan proses transaksi yang berulang-ulang dan membutuhkan waktu yang lama.
Belum terdapatnya media pemasaran secara online menambah masalah pada indutri gamelan Palu Gongso. Saat ini suatu bidang usaha tentu kurang kompetitif jika tidak memiliki media pemasaran online seperti website. Konsumen sangat kesulitan mencari informasi tentang keberadaan industri gamelan Palu Gongso yang tentunya mengakibatkan industri tersebut kurang dikenal oleh banyak banyak orang.
Dengan adanya masalah yang dihadapi oleh industri gamelan Palu Gongso tersebut maka dibutuhkan kehadiran sebuah website. Hal ini sangat penting karena keberadaan suatu website dapat membantu penyampain informasi produk dan harga secara detail kepada konsumen. Selain itu melalui website akan dapat mengakses informasi yang dibutuhkan kapan saja dan dimana saja. Suatu website akan mejelaskan bagaimana proses perusahaan dalam melakukan kegiatannya sehingga dapat ditampilkan waktu pemesanan dan waktu yang dibutuhkan untuk mengirimkam pesanan sehingga sampai kepada pelanggan yang memesannya.
Pelanggan akan dapat memperkiranakn kapan ia harus memesan dan kapan pesannnya akan dikirimkan. Tidak hanya itu saja, keberadaan suatu website akan dapat memperluas jangkau pemasaran perusahaan ini, maka diperlukan sebuah program aplikasi yang mendukung dalam proses pemasaran dan pemesanan produk pada industri gamelan Palu Gongso.
C.    Usaha untuk Menghidupkan Kembali sebagai Desa Wisata yang Sempat Meredup
Salah satu pemberdayaan ekonomi kerakyatan dalam bidang pariwisata adalah melalui pengembangan desa wisata. Makna dari pengembangan desa wisata adalah perekonomian masyarakat pedesaan diangkat melalui kegiatan pariwisata, dimana pariwisata dikembangkan berdasarkan unsur-unsur kegiatan yang telah ada di pedesaan serta ciri khas budaya setempat. Sehingga sumberdaya lokal memiliki kemampuan dan daya saing yang tangguh dalam memasuki iklim usaha dan tantangan baru dalam pengembangan pariwisata.
Selain itu, untuk menjaga kelestarian kesenian tradisional dan budaya disuatu daerah, usaha pemetaan wisata budaya sangat perlu dilakukan. Penataan dan pengembangan desa wisata merupakan salah satu bentuk pemetaan wisata budaya. Dengan demikian, di masa mendatang, kesenian-kesenian tradisional tidak perlu lagi diangkut ke hotel atau pendapa kabupaten untuk dipertunjukkan kepada wisatawan. Sebaliknya, wisatawanlah yang akan mendatangi desa tempat berkembangnya kesenian tradisional dan budaya tertentu.
Berbicara mengenai desa Wisata, perhatian saya tertuju pada desa Wirun, salah satu desa di Kabupaten Sukoharjo yang mempunyai berbagai potensi wisata. Beberapa potensi yang masih berkembang hingga saat ini antara lain, wisata agro, wisata industri, wisata budaya dan minat khusus dan atraksi budaya.
Di antara potensi-potensi di atas, home industry-lah yang paling berperan pada perekonomian masyarakat. Salah satu industri yang berkembang di Desa Wirun adalah industri gamelan, sebuah industri yang unik dan semakin langka saat ini. Satu hal yang membanggakan, pasaran gamelan tidak terbatas lokal dan nasional, tetapi sudah mencapai skala internasional.Selain itu, industri gamelan salah satu tempat di desa Wirun yang masih menarik turis manca hingga saat ini, meski tidak seramai dulu. Mereka tertarik untuk melihat proses pembuatan gamelan dan terkadang melakukan pemesanan.
Adanya potensi wisata yang dimiliki tersebut, ternyata dapat menambah pendapatan masyarakat setempat dan pemerintah desa. Sehingga oleh pemerintah kabupaten Sukoharjo, desa Wirun ditetapkan sebagai objek wisata agro, seni dan budaya serta wisata industri berdasar keputusan Bupati. Dengan demikian, Desa Wirun merupakan salah satu desa wisata di Kabupaten Sukoharjo.Seiring perkembangan waktu, banyak masyarakat yang kurang peduli terhadap potensi-potensi yang dimiliki desa mereka. Mereka seolah melupakan bahwa Desa Wirun memiliki predikat sebagai Desa Wisata dan usaha untuk menghidupkan kembali Desa Wisata hampir tidak ada. Para pengunjung semakin berkurang karena kondisi yang ada saat ini sudah jauh berbeda dibandingkan pada awal pencanangan. Hal yang sangat saya sayangkan,karena sampai saat ini pun nama ’Desa Wisata Wirun’ masih tercantum dibeberapa situs internet pariwisata juga peta wisata, salah satunya di Travel  Maps Surakarta and Vicinity.
Melihat kondisi yang ada sekarang, diperlukan suatu usaha.untuk menghidupkan kembali desa Wirun sebagai Desa Wisata, yaitu melalui program penataan dan pengembangan. Banyak hal yang perlu mendapat perhatian lebih lanjut agar keberadaan potensi yang ada di sana, terutama industri gamelan agar mampu bertahan lebih lama dan lebih menarik minat pengunjung. Sehingga penataan dan pengembangan yang akan dilakukan,difokuskan pada sentra industri gamelan sebagai aset budaya dan menjadikannya sebagai kekhasan Desa Wisata Wirun yang baru nantinya.
Namun, dalam penataan dan pengembangan nantinya, harus benar-benar memperhatikan unsur-unsur apa saja yang perlu dikembangkan, ditata atau dibenahi dan unsur-unsur apa saja yang tetap dipertahankan. Hal ini dilakukan agar penataan dan pengembangkan yang akan dijalankan tidak  menghilangkan keaslian dan karakter wilayah desa Wirun itu sendiri.





BAB IV
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pemaparan tersebut dapat ditarik sebuah kesimpulan  dibutuhkan strategi yang tepat agar budaya lokal khususnya para pengrajin gamelan tidak semakin tergerus oleh budaya asing dan secara perlahan berpotensi melenyapkan. Strategi yang bisa dijalankan adalah menggunakan pemasaran dan promosi dengan memanfaatkan teknologi informasi untuk mengenalkan budaya lokal kemasyarakat dunia.
Saat ini pariwisata memegang peranan penting dalam strategi-strategi ekonomi di berbagai negara termasuk Indonesia. Perkembangan sektor kepariwisataan mampu memberikan keuntunganyang tidak sedikit baik bagi negara, daerah yang menjadi tujuan wisata maupun masyarakat yang tinggal di daerah sekitar daerah tujuan. Oleh karena itu diperlukan suatu tindakan nyata untuk membangkitkan kembali kegiatan kepariwisataan melalui paradigma baru yaitu pengembangan pariwisata yang berbasis pada perekonomian kerakyatan atau pengembangan pariwisata peduli rakyat dengan memanfaatkan teknologi sebagai media pemasaran dan promosi
B.     SARAN
Kurang perhatiannya pemerintah saat ini terhadap keberadaan pengarajin gamelan membuat pengrajin gamelan sendiri kesulitan dalam mempertahankan usahanya. Harapannya pemerintah memberikan sebuah bantuan baik itu modal atau pun media promosi guna membangkitkan usaha kecil menengah tersebut, baik itu dana pinjaman, tender, ataupun event-event daerah yang dapat dijadikan sebuah ajang promosi.






DAFTAR PUSTAKA
Nuryanti,Wiendu.Concept,Perspective and Challenges, makalah bagian dari Laporan Konferensi Internasional mengenai Pariwisata  Budaya. Yogyakarta:Gadjah MadaUniversity Press.1993
Tambunan, Tulus.2012. Usaha mikro kecil dan menengah di Indonesia: isu-isu penting. LP3ES. Jakarta.
Echdar,Saban.2013. Manajemen Entreoreneurship-kiat sukses menjadi wirausaha. Andi Offset. Yogyakarta

















Lampiran 1
ANGKET OBSERVASI
A.Umum
1.      Nama perusahaan                   : Pengrajin Gamelan Perunggu “PALU GONGSO”
2.      Nama pemilik perusahaan      : Bp Saroyo
3.      Nama pimpinan perusahaan   : Bp Saroyo
4.      Bidang usaha                          : Sentra Kerajinan Gamelan
5.      Alamat perusahaan                : Gendengan Rt.02/IV, Wirun, Mojolaban, Sukoharjo
B. Personalia
Jabatan
Uraian tugas
Gaji/ bulan
1.      Pemandu Pandai Gamelan
2.      Pandai gamelan
3.      Pengamplas
Pemimpin dan komando para penempa logam agar menjadi gamelan
Penempa logam agar menjadi gamelan
Menghaluskan gamelan dan penyangga gamelan beserta mengecat gamelan
Rp.120.000

Rp.100.000
Rp.70.000











ASPEK PEMASARAN
A.    Uraian Pasar
1.      Jenis komoditi yang dipasarkan          : Gamelan dan alat musik tradisional yang terbuat dari logam
2.      Wilayah pemasaran                             : Jawa, Bali,Kalimantan, dan mancanegara

B.     Rencana Penjualan
Jenis produk
Satuan
Jumlah Penjualan
Harga Jual per unit
Jumlah penjualan
1.       Seperangkat Gamelan


1
1
Rp.350.000.000
Rp.350.000.000
Total



Rp.350.000.00

C.    Kondisi Pesaing dan Program Strategi Pemasaran
Keterangan
Kondisi pesaing
Program Strategi Pemasaran Perusahaan
1.      Produk
sama
Menghasilkan gamelan perunggu
2.      Harga
berbeda
Sesuai dengan kualitas masing-masing pengrajin
3.      Promosi
sama
Lewat mulut ke mulut
4.      Jalur distribusi
sama
Jalur darat
Biaya promosi dan penjualan per tahun
Rp.-0




PERTANYAAN
1)       Bagaimana hambatan dan kendala dalam usaha ini?
Jelas ada terutama modal yang paling menhambat jalannya usaha
2)      Apakah pemerintah berperan aktif  dalam memperdayakan usaha ini?
Tidak ada peran dari pemerintah berupa bantuan semua mandiri dari pengrajin
3)      Pernahkan ada event-even yang diadakan oleh pemda?
tidak ada
4)      Apakah bupati pernah meninjau langsung di daerah ini?
Dulu pernah, tapi sekarang belum pernah
5)      Adakah bantuan yang diberikan oleh pemerintah?
Tidak ada semua mandiri dari pengrajin
6)      Bagaimana tanggapan dan tindak lanjut pemerintah terhadap UMKM ini?
tidak ada tanggapan dari pemerintah, malah jika telat membayar pajak di persulit
7)      Strategi pemasarannaya seperti apa?
Dari mulut ke mulut
8)      Distribusi usaha ini sampai mana saja? Apakah pernah di ekspor?
Banyak,jawa Bali, Kalimantan, dan ke luar negeri juga pernah
9)      Apakah ada organisasi pengusaha usaha di daerah ini? 
Tidak ada
10)  Bagaimana dengan SDM pengrajin? Apakah ada pelatihan atau skill yang dikembangkan oleh pemda?
Pengrajin belajar secara otodidak, tidak ada pelatihan skill yang diberikan oleh pemerintah
11)  Apa bahan baku kerajinan ini?
Tembaga dan timah
12)  Apa yang menjadi kesulitan pembuatan kerajian ini?
tidak ada kesulitan, semua pengrajin belajar secara otodidak dan jika tidak bisa di beri tahu
13)  Adakah strategi khusus dalam pembuatan gamelan ini?
Tidak ada
14)  Bagaimana cara mempertahankan eksistensi UMKM ini ditengah modernisasi ?
Menjaga kualitas gamelan agar musik daerah tidak hilang di telah kemajuan zaman
15)  Apa yang menjadi tantangan terbesar dan terberat bagi usaha ini?
Tidak ada , asal ada modal dan yang pesan maka akan bekerja
16)  Mengapa masih menjalankan usaha ini?
Ya sebagai salah satu bentuk untuk melestarikan budaya khususnya budaya jawa
17)  Bagaimana cara memasarkan usaha ini?
Ya hanya dari mulut ke mulut, kadang kalau ada yang suka melihat gamelan pingin
18)  Bagaimana menyiasati atau menanggapi rendahnya pemesanan kerajianan saat ini?
Tidak bekerja atau libur
19)  Berapa harga kerajinan ini?
Untuk satu set gamelan jawa baik pelog maupun slendro Rp.350.000.000
20)  Apa harapan terhadap usaha anda saat ini?
Pemerintah agar membuatkan tender atau proyek dan juga berupaya menghidupkan kembali desa Wirun ini sebagai desa wisata










Lampiran 2
  
      ( Gb.1. Gamelan jadi)                                           (Gb.2. Gong setengah jadi)
     
( Gb.3. Proses penempaan menjadi gamelan)       (Gb.4. Api pembakaran logam)
   
(Gb.5.  Peneliti dan pemilik usaha)                (Gb.6.  Peneliti dan pemilik usaha)