Kamis, 20 Oktober 2016

Laporan Observasi Kependidikan



LAPORAN OBSERVASI KEPENDIDIKAN/ MAGANG II                    DI SMK N 3 SUKOHARJO
Untuk mata kuliah Strategi dan media pembelajaran Pkn/ Magang II
Dosen Pengampu:
Dr.Winarno,S.Pd.M.Si

Disusun oleh:

Nama   : Anggi Yoga Pramanda
                                    Nim     : K6414007
           

PRODI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
SURAKARTA




PROFIL SEKOLAH


1.      Jenjang sekolah                       : Sekolah menengah atas kejuruan
2.      Tipe sekolah                            : Sekolah standar nasional
3.      Jenis sekolah                           : Negeri
4.      Nama sekolah                          : SMK N 3 SUKOHARJO
5.      Alamat                                    : Jl Cuplik-Telukan, Parangjoro,Grogol,Sukoharjo
6.      Kab/kota                                 : Sukoharjo
7.      Nama kepala sekolah              : Harno,S.Pd.M.Si
8.      NIP                                         :196611272005011002
9.      Nama guru observasi              : Sumarno,S.Pd
10.  NIP                                         : 196206152007011006



















KOMPETENSI GURU
HASIL OBSERVASI/WAWANCARA MAGANG 2
MAHASISWA FKIP UNS 2016
NO
KOMPETENSI PEDAGOGIK
JAWABAN
PERTANYAAN
1
Kurikulum apa yang diterapkan oleh sekolah ini?
Karena sekolah ini masih baru yang berdiri pada tahun 2008 lalu sehingga melihat kondisi sekolah dan murid dalam arti kesiapan dalam menerapkan kurikulum 2013 belum sepenuhnya mampu sehingga sekolah ini masih menggunakan kurikulum KTSP(kurikulum tingkat satuan pendidikan)
2
Apakah kegiatan pembelajaran di sekolah sudah sesuai dengan kurikulum yang diterapkan?

Jika dituntut untuk persis seperti yang diinginkan kurikulum maka jawabannya belum, tetapi saya juga berusaha bagaimana pembelajaran di sekolah ini setidaknya bisa mendekati kesesuaian dengan kurikulum. Kurikulum sendiri adalah tujuan utama dari pendidikan itu sendiri sehingga kita berupaya untuk berbenah diri menyesuaikan pembelajran dengan kurikulum
3
Bagaimanakah pembelajaran di sekolah  berlangsung?

Sekolah ini adalah SMK, tujuan dari SMK yakni agar siswa yang telah lulus nantinya bisa langsung dapat bekerja sesuai dengan program kejuruan yang dia ambil sehingga sekolah ini sangat ketat dari segi peraturan dalam pembelajaran agar tercipta suasana yang kondusif sehingga materi pembelajaran dapat diterima dengan baik oleh semua siswa
4
Apakah pembelajaran teori dan praktek bisa sama-sama terpenuhi?

Kebanyakan yang digunakan adalah teori, mengapa praktek jarang di gunakan? Karena siswa disini ada program PKL (praktek kerja lapangan) yang memakan waktu berbulan-bulan sehingga siswa kurang mendapatkan materi yang dibutuhkan. Dapat saja kita menggunakan praktek namun dikhawatirkan adalah banyak materi yang belum tersampaikan namun waktu unutuk menyampaikan tidak ada karena sudah mau mendekati ujian
5
Bagaimana penyusunan perangkat pembelajaran beserta penerapannya dalam proses belajar siswa disekolah?
Dalam penyusunan perangkat pembelajaran sendiri sudah sesuai dengan panduan yang ada di dalam kurikulum tentang bagaimana penyusunan perangkat pembelajaran dalam hal ini RPP. Dalam penerapannya proses belajar mengajar menggunakan RPP yang telah di susun sebelumnya yang mana dalam penyususnan RPP ini disesuaikan dengan karakteristik masing masing siswa dalam kelas
6
Bagaimana menyusun RPP pembelajaran ?

Penyusunan RPP sendiri sesuai dengan penjelasan saya tadi ialah berdasarkan dengan panduan penyusunan RPP sesusia dengan kurikulum. Untuk penyusunan RPP sendiri karena karakteristik masing-masing siswa berbeda sehingga penyusunan RPP sendiri mengalami pembaruan setiap satu tahun sekali yang mana di sesuaikan dengan karakteristik siswa yang saya ajarkan pada waktu itu
7
Bagaimana penerapan pelaksanaan RPP dalam pembelajaran?

Pelaksanaan RPP dalam pembelajaran yang mana telah disusun tadi dalam hal penerapannya setidaknya 90% dapat diterapkan dengan baik
8
Bagaimana pengaruh sarana dan prasarana dalam pembelajaran?
Dengan bantuan sarana dan prasaran yang mendukung setidaknya membuat proses belajar mengajar menjadi lebih baik dan kondusif. Namun juga ada keterbatasan dari sarana dan prasarana yang diberikan tidak semuanya bisa mengakomodir kebutuhan semua siswasehingga perlu diadakan peningkatan
9
Bagaimana proses penilaian dalam pembelajaran
Proses penilaian yang saya ambil meliputi tiga hal yaitu penilaian proses, ulangan dan pengamatan sesuai dengan aspek-aspek penilaian yang dibuat dalam RPP
10
Apa saja aspek penilaian dalam pembelajaran?

Aspek yang digunakan untuk melakukan penilaian meliputi tiga hal yaitu aspek kognitif,aspek afektif, dan aspek psikomotorik. Namun dalam hal aspek afektiflah sayng paling susah untuk melakukan penilaian karena berdasarkan sikap siswa satu per satu yang mana perlu pengamatan secara langsung dan saya tidak bisa mengenali mereka satu per satu
11
Bagaimana pengukuran penilaian dalam pembelajaran? 
Saya berupaya agar semua siswa yang saya ajarkan dapat lulus semua sesuai dengan KKM. Apabila ada yang tidak lulus akan diadakan remidial, jika remidial tidak ambil maka akan saya tidak luluskan

NO
KOMPETENSI PROFESIONAL
JAWABAN
PERTANYAAN
1
Apakah peserta didik mampu memahami materi dengan baik?

Setiap kemampuan intelektual masing-masing siswa berbeda hal yang sangat wajar jika ad yang sudah memahami ada juga yang belum. Namun secara garus besar semua siswa mampu memahami materi apa yang saya berikan
2
Apakah peserta didik mampu menerapkan pengetahuan yang didapat dalam kehidupan sehari-hari?
Untuk kehidupan sehari-hari semisal dirumah saya tidak mengetahui dengan pasti karena mana mungkin saya mengecek satu persatu. Namun untuk kehidupan yang ada di sekolah setidaknya mereka sudah mampu menerapkan pengetahuan yang mereka dimilik dengan antara lain untuk datang tepat waktu jam 06.45 untuk mendakan apel yang diadakan setiap harinya. Apel yang dilakukan ini tidak lain untuk menerapkan kebiasaan siswa agar berperilaku disiplin
3
Apakah guru mampu mengembangkan metode pembelajaran untuk meningkatkan minat peserta didik dalam belajar?
Ya kesulitannya di sini dalam mengembangkan metode yang saya gunakan. Kebanyakan materi mudah dipahami oleh siswa jika saya menggunkan metode ceramah. Saya pernah menggunakan metode diskusi namun dalam diskusi siswa tidak bersungguh sungguh dalam melakukan diskusi sehingga membuang waktu pelajaran dan siswa tidak mendapatkan materi dari apa yang mereka diskusikan
4
Apakah guru memiliki sikap inovatif dalam pengembangan media pembelajaran?
Saya sering menggunkan power point sebagai alat bantu dalam pembelajran dan juga menggunakn buku paket sebagai sumber belajar
5
Apakah peserta didik mampu memahami materi dengan baik?
Setiap kemampuan intelektual masing-masing siswa berbeda hal yang sangat wajar jika ad yang sudah memahami ada juga yang belum. Namun secara garus besar semua siswa mampu memahami materi apa yang saya berikan. Dan hasilnya 85% siswa mampumenerima materi dengan baik.
6
Apakah peserta didik mampu menerapkan pengetahuan yang didapat dalam kehidupan sehari-hari
Siswa dapat menerapkannya pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari terlepas dari tugas mereka sebagai individu dan warga negara Indonesia yang mempunyai tanggung jawab dan bagaimana ia harus bersikap







Lampiran

Pernikahan di Bali di Pandang dalam Stratifikasi Sosial

Perbedaan status sosial memang eksis pada semua bangsa, tetapi dimanapun di dunia  tidak ada pertingkatan kasta yang begitu kakunya, seperti yang berlaku di Bali, terutama pada masa kerajaan absolut yang berlangsung berabad-abad di Bali.  Keunikan Bisa dilihat lewat bagaimana orang Bali melakukan pembinaan kekerabatan secara lahir bathin.Orang Bali begitu taat untuk tetap ingat dengan asal muasal dari mana dirinya berasal. Hal inilah yang kemudian melahirkan berbagai golongan di masyarakatnya yang kini dikenal dengan kasta atau wangsa. Tatanan masyarakat berdasarkan wangsa ini begitu kuatmenyelimuti aktivitas kehidupan orang Bali. Mereka tetap mempertahankan untuk melestarikan silsilah yang mereka miliki. Mereka dengan seksama dan teliti tetap menyimpan berbagai prasasti yang didalamnya berisi bagaimana silsilah sebuah keluarga Bali. Ada  yang masih begitu fanatik dengan kasta namun ada juga yang bersikap biasa saja dan tidak terlalu peduli masalah kasta. Saat ini bisa dikatakan kasta di Bali terdiri dari empat bagian yaitu : Brahmana, Ksatria, Waisya, dan Sudra. Semuanya memiliki sejarah turun-temurun yang berbeda. Meski begitu,akhirnya mereka bertemu dalam siklus keturunan yang disebut Hyang Pasupati.
Begitu unik dan menarik memahami kehidupan orang Bali dalam kaitan mempertahankan garis leluhurnya tersebut. Sebagian kehidupan ritual mereka juga diabdikan untuk kepentingan pemujaan terhadap leluhur mereka.Sebutan orang berkasta untuk wangsa tertentu dapat melambangkan harga diri mereka, karena dengan sebutan itu mereka mendapat perlakuan istimewa dan kehormatan yang berlebih-lebihan, di samping merasa dibedakan dengan kelompok masyarakat lain, yang terlanjur dianggap lebih rendah. Pada jaman dahulu, kasta sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat Hindu di Bali. Kasta di Bali mulai kental saat masa penjajahan Belanda, sehingga penjajah dapat  dengan leluasa memisahkan raja dengan rakyatnya. Selama berabad-abad penduduk Bali telah diajari bahwa kasta yang tinggi harus lebih dihormati, sehingga bila kita berbicara dengan orang yang berkasta tinggi, baik lebih muda, lebih tua, atau seusia, kita harus menggunakan bahasa bali yang halus. Tetapi bila bicara dengan orang berkasta rendah, kita tidak diwajibkan menggunakan bahasa halus.
Dalam urusan pernikahan, kasta sangat sering menimbulkan pro dan kontra bahkan kadang menjadi masalah. Sama seperti pernikahan beda agama, di Bali pernikahan beda kasta juga biasanya dihindari. Walaupun jaman sudah semakin terbuka, tapi pernikahan beda kasta yang bermasalah kadang masih terjadi. Sebenarnya Hindu tidak mengenal kasta, yang dikenal adalah warna (berdasarkan profesi) atau wangsa (berdasarkan keturunan). Dalam sistem sosial-budaya Bali, yang kita kenal adalah wangsa, yakni silsilah keluarga berdasarkan garis keturunan. Baik menurut hukum agama maupun hukum negara, tidak ada hukuman atau ganjaran bagi orang yang menikah beda kasta/wangsa. Sistem sosial dan budaya Bali menganut sistem Patrilineal. Dalam sistem patrilineal, maka hukum adat yang berlaku adalah mengikuti garis keturunan, wangsa, dan waris suami. Mungkin yang kita tahu bahwa seorang laki-laki dengan  kasta bawah yang menikah dengan wanita kasta atas tidak bisa ikut kasta wanita tersebut, sedangkan jika wanita kasta bawah menikah dengan laki-laki kasta atas maka si wanita itu bisa ikut kasta laki-laki tersebut.
Ternyata secara agama tidak dijelaskan akibat dari seorang yang menikah beda kasta. Tetapi, secara sosio-religius konseksuensinya adalah si wanita harus mengikuti silsilah keluarga suami, karena si wanita sudah masuk ke dalam silsilah keluarga sang suami. Wangsa tidak menunjukkan stratifikasi sosial yang sifatnya vertikal (dalam arti ada satu Wangsa yang lebih tinggi dari Wangsa yang lain). Namun demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa masih ada warga masyarakat yang memiliki pandangan bahwa ada suatu Wangsa yang dianggap lebih tinggi daripada Wan gsa yang lain.
Untuk merubah pandangan seperti ini memang perlu sosialisasi dan penyamaan persepsi. Oleh karena itu, lebih baik tidak diperdebatkan lagi.
Perkawinan beda kasta sudah ada sejak dulu dan beberapa keluarga yang dulunya berasal dari wangsa yang  berbeda, sekarang juga bisa hidup rukun dan membina keluarga dengan baik. Dalam hal ini, yang diperlukan adalah komunikasi yang baik antara dua keluarga dari calon \mempelai. Seandainya, sudah ada kesepakatan tentang tata cara pelaksanaan upacara dan sebagainya, mungkin tidak akan ada masalah
ada beberapa hal yang menjadi latar belakang terjadinya perkawinan beda kasta. Misalnya pengaruh zaman yang semakin modern yang membuat generasi muda saat ini cenderung acuh dan menganggap tradisi adalah hal yang kuno yang sudah tidak relevan untuk ditetapkan di zaman sekarang. Berdasarkan analisis tersebut tampaknya membenarkan pendapat dari Kartini Kartono (2006,59) yang menyatakan bahwa baik buruknya struktur keluarga dan masyarakat akan memberikan pengaruh baik atau buruknya pertumbuhan kepribadian anak. Dari pengaruh lingkungan inilah seseorang yang tidak bisa memfilter pengaruh tersebut akan cepat terjerumus terhadap hal- hal yang negative yang tentunya akan merugikan dirinya sendiri. Selain itu tidak dapat dipungkiri bahwa kehidupan ekonomi dapat memicu terjadinya perkawinan beda kasta. Dimana jaman seperti sekarang ini tidak ada satu orang pun yang mau hidup susah, semua ingin hidup dengan berkecukupan sehingga terkadang ada orang yang rela melepaskan kastanya hanya demi meraih materi
Selain kendala-kendala dalam perkawinan beda kasta tersebut, adapun solusi untuk mengatasi kendala-kendala dalam perkawinan beda kasta, ialah menarik simpatik orang tua dengan cara meyakinkan kedua orang tua bahwa calon pendamping hidup yang dipilih oleh anaknya itu tepat dan dapat membuat dirinya bahagia, karena yang akan menjalani rumah tangga adalah dirinya dan pasangannya kelak. Jika menarik  simpatik kedua orang tua tidak berhasil, maka cara yang akan ditempuh adalah melakukan kawin lari/ngerorod. Dimana kawin lari ini biasanya disebabkan karena orang tua dari salah satu pihak tidak merestui hubungan anak-anaknya. Kondisi ini tidak hanya dikarenakan perbedaan kasta tetapi juga disebabkan latar belakang keluarga calon dan kehidupan social. Dengan melakukan kawin lari ini, pihak keluarga yang tidak setuju mau tidak mau harus setuju dengan keputusan yang diambil anaknya tersebut dan menerima keputusan anaknya itu dengan lapang dada.