Selasa, 25 November 2014

Analisis Penggunaan Bahasa dalam Debat Pilpres 2014 oleh Prabowo: unsur kebahasaan



KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat, inayah, taufik dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah Analisis Penggunaan Bahasa  dalam Debat Pilpres 2014 oleh Prabowo: unsur kebahasaan” tepat pada waktunya. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam mempelajari dasar,prinsip,dan tujuan pendidikan.
Dalam penulisan dan penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan yang telah diberikan oleh berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada:
1.      Orang tua dan seluruh keluarga tercinta yang telah memberikan dukungan baik moral mapun materiil.
2.      Dosen pembimbing mata kuliah ini Atikah Anindyarini,S.S.M.Hum.
3.      Dan umumnya kepada semua pihak yang telah memberikan dorongan dan motivasi dalam penyelesaian makalah ini.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.


Surakarta,    November  2014
                                                                                                                        


                                                                                                                                Tim


BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Menelisik Pemilu yang diselenggerakan pada tahun 2014, para kandidat Capres dan Cawapres sangat antusias dalam hal mencari simpati dan dukungan publik.  Mereka bersaing untuk menarik minat masyarakat dan memberikan suara dukungannya. Hal ini juga dilakukan oleh pasangan Prabowo-Hatta. Mereka sangat bersemangat dalam mencari dukungan rakyat, dari kampanye, debat Pilpres, maupun saat menyampaikan visi dan misi mereka. Banyak ungkapan kata dan ragam bahasa yang digunaan saat debat. Berbagai jargon pun mereka utarakan untuk menambah daya simpati masyarakat.
Dalam hal ini penulis akan mengkaji tentang penggunaan bahasa dan ungkapan yang digunakan oleh pasangan Prabowo-Hatta saat Pemilu 2014, oleh karena itu penulis memuat sebuah makalah yang berjudul” Analisis Penggunaan Bahasa  dalam Debat Pilpres 2014 oleh Prabowo: unsur kebahasaa”. Dalam makalah ini, penulis lebih menekankan menganalisis dan mengkaji tentang ragam bahasa dan kata yang digunakan pasangan Prabowo-Bakrie, bukan tentang unsur politik pemilu.

I.2 RUMUSAN MASALAH 
1.      Bagaimana gaya bahasa yang digunakan saat Debat Pilpres oleh Prabowo?
2.      Bagaimana pilihan kata yang digunakan saat Debat Pilpres oleh Prabowo ?
3.      Bagaimana penggunaan bahasa asing dalam Debat Pilpres oleh Prabowo ?



I.3 TUJUAN
1.      Untuk mengetahui gaya bahasa yang digunakan saat Debat Pilpres oleh Prabowo
2.      Untuk mengetahui pilihan kata (diksi) yang digunakan saat Debat Pilpres oleh Prabowo
3.      Untuk mengetahui penggunaan bahasa asing saat Debat Pilpres oleh Prabowo
I.4 MANFAAT
1.      Dapat mengetahui mengetahui gaya bahasa yang digunakan saat Debat Pilpres oleh Prabowo
2.      Dapat mengetahui pilihan kata (diksi) yang digunakan saat Debat Pilpres oleh Prabowo
3.      Dapat mengetahui penggunaan bahasa asing saat Debat Pilpres oleh Prabowo
I.5 METODOLOGI
Metodologi yang kami gunakan dalam penulisan makalah yang berjudul “Analisis Penggunaan Bahasa  dalam Debat Pilpres 2014 oleh Prabowo” : Unsur Kebahasaan yaitu :
1.      Studi Pustaka yaitu dengan mencari referensi / sumber dari buku buku atau literatur yang berkaitan dengan penulisan makalah ini.
2.      Dengan mencari informasi dari internet yang berasal dari sumber-sumber resmi yang mampu diyakini kebenarannya dan dipertanggung jawabkan isinya.







BAB II
ISI
A.    Tinjauan Pustaka
Debat merupakan suatu kegiatan adu argumentasi antara dua pihak atau lebih, baik secara perorangan maupun kelompok, dalam mendiskusikan dan memutuskan masalah dan perbedaan. Dalam hal ini, debat dilakukan menurut aturan-aturan yang jelas dan hasil dari debat dapat dihasilkan melalui voting atau keputusan juri. Dalam debat mempunyai tekniknya tersendiri yang pada dasarnya adalah sebuah argumen.
Teknik debat dan cara berdebat yang baik yaitu, sebelum memulai debat kita harus  menguasai topik atau masalah yang akan diperdebatkan dan sebaiknya sebelum berdebat  membaca dan menguasai sebanyak mungkin data, fakta, literatur tentang topik yang akan diperdebatkan. Teknik debat yang kedua yaitu percaya diri, tenang, dan  jangan terlihat gugup atau grogi, apabila tampak gugup, maka hal itu akan membuat lawan debat merasa “superior”. Dan teknik yang terakhir yaitu, kendalikan emosi, debat bukan “adu otot leher”, dalam debat semestinya tetap tenang, kalem, dan berpikir jernih, meski dalam keadaan “terdesak” atau tertekan. Apalagi dalam hal ini adalah debat presiden, tutur kata serta sikap pasti akan diperhatikan oleh rakyatnya. Jadi dalam berdebat itu harus menjaga wibawa diri agar rakyat tidak langsung menilai bahwa dirinya mempunyai suatu kejelekan sifat yang ada pada dirinya.
Meski Prabowo pandai berpidato dan piawai dalam menyampaikan pokok pikiran di depan massa, Debat Capres tentunya ternyata ‘menguji’ tingkat rasa percaya diri. Betapa tidak, kualitas pokok pikiran atau ulasan yang dirangkai dalam kemasan bahasa yang harus disampaikan dalam batas waktu tertentu harus diperhitungkan dengan cermat agar tampak meyakinkan, kelihatan cerdas, bebas salah kata dan meninggalkan kesan bagi jutaan pemirsa televisi.
Sebagai  Calon  Presiden tentu memiliki keunikan dalam menyampaikan orasi politiknya. Kita lihat gaya orasi Prabowo. Sesuai dengan latar belakang militer, beliau orasi dilakukan dengan penuh semangat, berapi-api dan membangkitkan semangat nasionalisme. Kata-kata yang keluar terdengar lugas, tegas dan meyakinkan. Sedikit mengingatkan presiden pertama kita Ir. Soekarno ketika beliau berorasi. Menurut pandangan saya Visi misi yang disampaikan berupa gagasan-gagasan, ide-ide baru yang terangkai dalam bingkai ide yang masih bersifat umum yang disampaikan lugas dan tegas dengan bahasa yang sedikit hiperbol.
Disini kami mencoba menganalisis bahasa yang digunakan Prabowo dalam debat Capres-Cawapres dari segi diksi,tepengaruh bahasa daerah dan bahasa asing,dan beberapa unsur kebahasaan yang lain.
A.    Diksi
Diksi adalah pemilihan kata-kata yang hendak kita ungkapkan. Diksi atau pilihan kata mencakup pengertian kata-kata yang harus dipakai untuk mencapai suatu gagasan,membentuk pengelompokan kata yang tepat atau menggunakan ungkapan,dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi. . Diksi juga diartikan sebagai kejelasan wicara, seni wicara agar kata yang dimaksud bisa dipahami sepenuhnya; diksi juga menyangkut pelafalan (pronunciation) dan artikulasi.
Sepintas ‘gaya’ bicara Prabowo mengingatkan kita pada mantan mertuanya, Soeharto. Ia seringkali tanpa sadar melafalkan akhiran ‘kan’ sebagai ‘kên’ : dasarkên, investasikên, berazaskên, ditujukên, mematikên, disampaikên, mengalirkên, bayangkên dan sebagainya. Padahal akhiran “ken” adalah kata yang tidak baku digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Seharusnya menurut kaidah Bahasa Indonesia yang benar adalah ‘kan’.
Ia juga sering menggunakan kata ‘daripada’ di antara dua kata benda, misalnya “inti daripada masalah” dan sebagainya. Kata daripada dalam kaidah Bahasa  Indonesia digunakan untuk menghubungkan perbandingan antara dua hal. Sehingga kata yang baik digunakan oleh Prabowo seharusnya adalah dari.
 Prabowo juga menyukai kata ‘ujung-ujungnya’ untuk mengartikan ‘pada akhirnya’. Tercatat dua kali ia menggunakan kata itu. Karena kata ‘ujung-ujungnya’ menimbulkan  kesan yang tidak resmi sehingga tidak baku dalam digunakan dalam acara resmi
B.     Pengaruh Bahasa Lain
Pengaruh bahasa lain, yakni penyisipan kata-kata dari bahasa lain ketika bertutur. Prabowo lebh sering menyisipkan kata-kata berbahasa Inggris, baik dalam keperluan menjelaskan istilah Inggris (misalnya ‘crude oil), dan melontarkan jargon seperti ‘the big push strategy’  Baik Prabowo dan Jokowi juga menyisipkan kata atau frasa berbahasa Jawa. Jokowi menggunakan frasa ‘wira-wiri’ untuk menjelaskan hilir mudik kapal dari ujung Sumatre ke Papua. Ia juga memakai frasa ‘ujug-ujug’ untuk menggantikan frasa ‘dengan begitu saja’ dalam kalimat ini : “Kita harus menghormati kontrak kerja dengan asing, tidak bisa kita ujug-ujug mengambilnya”. Prabowo menggunakan jargon berbahasa Jawa satu kali, yakni ketika ia menggambarkan perekonomian yang harus dinikmati rakyat kecil. Ia bilang  “wong cilik iso gemuyu” (rakyat kecil bisa tersenyum).
C.     Selip  Lidah
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) keseleo lidah (slip of the tongue) memiliki makna salah mengucapkan atau salah mengatakan. Dalam berdebat prabowo juga terjadi kesalahan dalam mengucapkan kata. Prabowo mengatakan ‘4.00 kilometer kerata api’ yang seharusnya ‘4.000 kilometer jalan kereta api’, dan mengucapkan ‘tabung haji’ untuk frasa yang seharusnya ‘tabungan haji’. Kemudian ketika Prabowo menghadiri acara Kebaktian Kenaikan Isa Almasih di Plenary Hall Jakarta Convention Centre (JCC), pada Kamis (3/7/14) yang lalu. Dalam harian Kompas memuat artikel yang berjudul Selip Lidah, Prabowo Salah Sebut Kepanjangan PKS. Karena ada beberapa kalimat yang keluar dari Prabowo yang perlu dipertanyakan.
Kutipan  pernyataan Prabowo tersebut;”Yang terhormat Bapak Anis Matta,Presiden Partai Keadilan Sosial” kata Prabowo mengawali sambutannya dalam acara Kebaktian dan Perayaan Isa Almasih itu ,keriuhan para hadirin langsung menyadarkan Prabowo.”Maaf..maaf.maksud saya Partai Keadilan Sejahtera. Maklum saya sudah agak linglung lupa hari,pun lupa tanggal”kata Prabowo
Coba perhatikan kata-kata yang dibuat miring tersebut. Kata-kata tersebut ada yang janggal. Kalau kita kritis tentu akan mempertanyakan dari pernyataan Prabowo tersebut. Oleh karena itu dapat kita ambil pelajaran dari sini bahwa kesalahan dalam mengucapkan kata adalah hal yang tanpa kita sadari, akan tetapi  sebisa mungkin kita untuk meminimalisir kesalahan dalam mengucapkan kata/kalimat yaitu dengan memikirkan terlebih dahulu apa yang akan kita ungkapkan.


D.    Gaya Bahasa (Majas)
Gaya bahasa (Majas),seperti yang kita tahu bahwa majas adalah bahasa indah yang digunakan untuk mempercantik susunan kalimat yang tujuan akhirnya ialah untuk memperoleh efek tertentu agar tercipta sebuah kesan imajinatif bagi penyimak atau pendengarnya, baik secara lisan maupun tertulis.
Dalam hal ini  debat capres sering kali menggunakan gaya bahasa tertentu, terutama gaya bahasa repetitif. Gaya bahasa repetitif adalah perulangan kata sebagai penegasan. Gaya bahasa  personifikasi juga digunakan oleh Prabowo. Gaya bahasa pesonifikasi adalah adalah majas yang membandingkan benda-benda tak bernyawa seolah-olah mempunyai sifat seperti manusia.  Misalnya :  Prabowo mengatakan  “APBN tidak jatuh dari langit”. Gaya bahasa eufemisme juga sering kali digunakan oleh Prabowo. Misalnya : ‘wong cilik’, ‘rakyat kecil’.  Ungkapan ‘wong cilik’,’rakyat kecil’ mengandung arti yang lebih halus sebagai pengganti ungkapan yang dirasakan kasar.











BAB III
PENUTUP
       I.            KESIMPULAN
Debat merupakan kegiatan adu argumentasi antara dua pihak atau lebih untuk mendiskusikan dan memutuskan suatu masalah dengan dua sudut pandang berbeda. Dalam debat hendaknya menggunakan bahas yang baik dan benar. Pada debat calon presiden yang baru baru saja terjadi Prabowo subiyanto kerap kali melakukan kesalahan dalam bertutur dalam deabtnya. Berikut kesalahan- kesalahan yang dilakukan oleh Prabowo dalam debat:
·         Dalam debat secara sadar atau tidak Prabowo kerap menggunakan akhiran ‘kên’  untuk mengganti akhiran “kan”
·         Prabowo pernah selip lidah dan mengatakan “400 kilometer kereta api” yang seharusnya “4000 kilometer kereta api”
·         Penyisipan bahasa asing dan bahasa daerah dalam debatnya yang kurang tepat
·         Gaya bahasa (majas) yang digunakan Prabowo dalam debat kerap menggunakan majas personifikasi yang menggambarkan benda mati seolah olah hidup dan eufimisme untuk memperhalus kata-kata yang sekiranya kasar.
    II.            SARAN
1.      Dalam acara resmi sebaiknya kita menggunakan bahasa yang mudah dimengarti masyarakat mudah yang benar dan baik,agar masyarakat mudah memahaminya.
2.      Ada baiknya dalam bertutur di forum resmi dapat mengendalikan emosi agar tidak terjadi selip lidah dan kesalahan bicara lainnya.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar