1.
Tidak semua penarikan dukungan dari
suatu pemerintah mempunyai konsekuensi bagi berhasil tidaknya suatu rezim atau
masyarakat. Tetapi ketidakmampuan pemerintah yang terus-menerus dalam
menghasilkan output yang mengubah rezim tersebut atau membubarkan masyarakat
politik tersebut. Karena alasan inilah
keseimbangan antara masukan dengan hasil merupakan mekanisme yang sangat
penting dalam kehidupan suatu sistem politik.
Hasil suatu sistem politik adalah sebuah keputusan
atau kebijakan politik. Salah satu cara untuk menguatkan ikatan anggota kepada
sistem yang mereka anut, ialah dengan memberikan keputusan yang cenderung
memuaskan kebutuhan mereka sehari-hari.
Hasil yang terdiri dari berbagai keputusan politik merupakan seperangkat
imbalan bagi anggota suatu sistem untuk mendukung sistem tersebut.
Kita ambil contoh jika sejumlah besar anggota sistem
politik tetap tidak merasa puas dalam waktu yang lama atas pencapaian-pencapaian
sistem politik untuk mewujudkan keinginan-keinginan serta tuntutan-tuntutan
mereka, maka mereka akan mengancam sistem dengan penarikan kembali sebagian atau
seluruh dukungan darinya. Pengelompokan-pengelompokan dan
pertentangan-pertentangan juga merupakan sumber tekanan utama terhadap dukungan
yang diberikan pada sistem. Tetapi sejauh suatu sistem secara mendasar
menyalurkannya, maka sistem tersebut akan dapat menyesuaikan diri terhadap
pengikisan dukungan di beberapa daerah tertentu dengan menarik dukungan yang
lebih besar di daerah lain. Dan menjaga diri sendiri. Sistem politik dapat
menyesuaikan diri pada tekanan dukungan dalam beberapa cara salah satunya ialah
berupa penggantian elemen-elemen strukturalnya, sistem perwakilan, sistem
kepartaian, dan sebagainya. Sistem politik juga dengan cerdik mencoba
menyeimbangkan kurangnya dukungan khusus dengan
jalan menurunkan dukungan baur melalui
suatu bentuk pembenaran dan perasaan
bahwa terdapat kepentingan umum atau masyarakat yang dipromosikan oleh
ketangguhan sistem politik itu. sistem politik yang berbeda mengikuti
perintah-perintah yang berlainan pula bagi pengembangan dan penyebaran perasaan
komunitas di antara para anggotanya.
2.
Seberapa banyakah dukungan yang diperlukan
ke dalam sebuah sistem dan berapa banyakkah anggotanya perlu memberikan
dukungan agar sistem itu mampu mengubah tuntutan menjadi sebuah keputusan?
Untuk pertanyaan ini, tidak ada jawaban yang siap untuk ditawarkan. Situasi
nyata dalam tiap kasus akan menentukan berapa jumlah dan ruang lingkup dukungan
yang diperlukan. Namun, kita dapat menyebut sejumlah situasi yang berguna untuk
mengarahkan perhatian kita kepada beberapa
generalisasi.
Di bawah kondisi tertentu hanya sedikit sekali anggota
yang perlu mendukung suatu sistem. Anggota mungkin bodoh dan apatis, tidak
peduli terhadap bagaimana sistem beroperasi secara umum, kemajuan atau
keputusannya. Dalam suatu sistem yang tidak kokoh kita ambil contoh seperti di
India, dukungan sekarang mungkin sedikit dari anggota masyarakat. Mereka tidak
terpengaruh oleh keputusan nasional. Mereka pun tidak memandang bahwa mereka
begitu terpengaruh oleh keputusan nasional. Mereka mungkin kurang memiliki
identifikasi dengan rezim dan pemerintah, namun, sehubungan dengan masuknya
kebutuhan, sistem tersebut mungkin mampu bertindak atas dasar dukungan yang
ditawarkan oleh tiga persen politikus dan cendekiawan yang berorientasi ke
Barat yang aktif secara politis. Dengan perkataan lain, kita mempunyai sebuah
minoritas kecil yang secara kuantitatif cukup untuk mendukung operasi sistem.
Tetapi kita dapat berasumsi, bila anggota suatu sistem terlalu banyak
mengajukan tuntutan maka kemungkinan sekali mereka akan aktif mendukung atau
memusuhi satu dari tiga tigkat sistem ini. Tetapi hal itu tergantung seberapa
jauh kebutuhan tersebut dipenuhi melalui keputusan yang tepat.
Kita ambil contoh lain, kita dapat menemukan, semua
anggota suatu sistem meberikan dukungan, tetapi jumlah dukungan tersebut
mungkin begitu sedikit untuk mendukung satu atau semua aspek sistem yang sedang
terancam. Perancis modern dapat kita ambil sebgai contoh. Masukan dukungan
tingkat masyarakat politik mungkin memadai untuk mempertahankan Perancis
sebagai suatu kesatuan politik. Tetapi karena alasan historis dan alasan
kontemporer sangat disangsikan apakah anggota sistem politik Perancis memasukan
sesuatu selain dukungan yang rendah
pada rezim atau pada pemerintah tertentu. Jumlah dukungan yang minim ini
,meskipun umum dijumpai di bagian masyarakat yang relatif luas, memberikan bagi
sistem politik. Perancis suatu fundasi yang kurang aman dibanding India. Di
satu dukungan kurang meluas tetapi lebih aktif. Secara kuantitatif lebih besar dipihka minoritas. Sebagaimana
ditunjukan oleh ilustrasi ini. Jumlah dukungan tidak selalu sebanding dengan
ruang lingkupnya.
Dapat dilihat dari pembahasan diatas, sepertinya para
anggota suatu sistem politik sekaligus menyatakan dukungan dan
menyembunyikannya yakni menunjukan permusuhan sekaligus apatis. Dalam
kenyataannya anggota dapat dan biasanya secara simultan melibatkan diri dengan
perilaku yang mendukung atau bermusuhan. Yang pasti menarik perhatian kita
ialah keseimbangan netto dukungan ini.
3.
Di dalam kehidupan politik, seperti
halnya wilayah-wilayah kehidupan lainnya, sosialisasi merupakan kunci bagi perilaku. Sosialisasi
politik merupakan suatu proses bagaimana memperkenalkan sistem politik pada seseorang,
dan bagaimana orang tersebut menentukan tanggapan serta reaksi-reaksinya
terhadap gejala-gejala politik. Melalui sosialisasi politik, individu-individu
diharapkan mau dan mampu berpartisipasi secara bertanggung jawab dalam
kehidupan politik. Dalam hal ini sosialisasi merupakan merupakan suatu
proses pedagogis (proses pendidikan), atau suatu proses
pembudayaan insan-insan politik. Proses ini melibatkan orang-orang baik dari
generasi tua maupun generasi muda. Proses ini dimulai sejak dini, ketika
seorang anak masih kecil, dimanakeluarga berperan sebagai pelaku utama dalam
sosialisasi. Selain keluarga, sekolah (pendidikan), kelompok kerja, kelompok
sebaya, kelompok agama, dan media massa berperan sebagai agen atau pelaku
sosialisasi politik.Tujuan sosialisasi politik
dimaksudkan sebagai proses menanamkan rasa terikat (attachment) pada
suatu sistem politik. Apabila keterkaitan itu menjadi berakar sangat kuat atau
terlembaga, dikatakan bahwa sistem politiknya memiliki legitimasi yang tinggi.
Dengan demikian, sosialisasi secara efektif diciptakan
dan dialihkan (diwariskan) kepada
generasi lainnya dalam suatu sistem politik, atau disebut sebagai transmisi
kebudayaan.
Peran tokoh masyarakat cenderung diarahkan oleh
kuatnya ikatan subjektif-psikologis yang syarat dengan primordialisme radikal. Dengan kata lain,
bahwa kuatnya ikatan yang membentuk perilaku masyarakat yang dapat melegitimasi suatu reziim atau sistem politik
tersebut dikemukakan dengan baik oleh Gabriel A. Almond dan
mengatakan bahwa, berbagai mitos, doktrin dan filsafat politik
menanamkan suatu penafsiran tertentu mengenai tujuan-tujuan dan norma-norma
kepada setiap generasi.
Proses menanamkan rasa-terikat (attachment) pada diri
anggota masyarakat ini kemudian menjadi berakar sangat kuat, sehingga kadar
legitimasi pada sistem politik tersebut menjadi sangat tinggi pula. Secara
empiris terbukti bahwa dalam sistem politik yang dapat bertahan hidup paling
lama, pasti terdapat dukungan yang ditumbuhkan dan dipelihara oleh keyakinan
yang mendalam.
Kecenderungan budaya sukuisme (ethnic group) yang terasa pada pilkada di Provinsi Bali
mengindikasikan bahwa demokratisasi di tingkat lokal yang diharapkan mampu
memberikan dampak yang positif didaerah, itu kemudian jauh dari apa yang
menjadi cita-cita demokrasi itu sendiri.
Hal ini membawa
kita kepada perspektif sempit dari makna politik yang lebih luas. Hadirnya
pilkada sebagai tuntutan di ranah lokal yang merupakan manifesto kebijakan
desentralisasi yang diselenggarakan oleh mulai hampir sebagian besar daerah di
indonesia. Itu terlihat dari beberapa tokoh masyarakat yang berperan serta
dalam politik praktis pada pilkada 2013 di Provinsi Bali
Kecenderungan perilaku sukuisme yang
melatarbelakangi perilaku memilih tokoh masyarakat ini termanifestasi dalam
bentuknya yang konkrit, yakni pola berpikir serta tindakan masyarakat yang
cenderung melihat cara pandang figur idolanya adalah cara pandang yang harus
diikuti seluruh masyarakat secara kolektif.
4.
Dalam setiap sistem, dukungan di
dapat sebagian dari ketakutan akan sanksi atau paksaan, dalam sistem otokrasi
dijumpai sejumlah dukungan yang dipaksakan. Berhubung hasil suatu sistem
tertentu terdiri dari keputusan kebijakan, maka pemerintahlah yang bertanggung
jawab untuk menyeimbangkan output keputusan dengn input tuntutan. Dan kita tahu
jelas, bahwa untuk memperoleh dukungan dari anggota suatu sistem melalui imblan
positif,pemerintah perlu untuk tidak memenuhi suatu tuntutan, meskipun tuntutan
tersebut berasal dari pendukung yang paling kuat dan berpengaruh. Sebagian
besar pemerintah, atau kelompok seperti partai politik yang berusaha
mengendalikan pemerintah, berhasil membangung “cadangan dukungan”. Cadangan ini
akan mendukung pemerintah meskipun bertentangan dengan para pengikutnya, selama
waktu tertentu yang singkat, agar para pengikut memandang pemerintah sebagai
pendukung terhadap kepentingan mereka. Salah satu bentuk yang diambil oleh
“cadangan” ini dimasyarakat Barat adalah loyalitas partai, sebab partai adalah
sarana yang umum dalam suatu masyarakat
industri massal untuk memobilisasi dan mempertahankan dukungan bagi
pemerintah. Namun bila terus menerus tidak ada imbalan, melalui keputusan kebijakan, maka pada akhirnya akan
timbul bahaya sehingga bahkan loyalitas
partai yang kuat pun akan guncang karenanya.
Oleh sebab itu , sistem tidak perlu memuaskan semua
kebutuhan anggotanya selama ia telah menyimpan cadangan dukungan selama
bertahun-tahun. Dan tidak pula perlu memuasakan beberapa kebutuahn para
anggotanya. Yang terpenting ialah, kebutuhan siapa yang harus dipenuhi, kapan,
dan dalam kondisii yang bagaimana.
Contoh kasus Ahok dengan surat Al-maidah dengan jelas
bahwa secara tidak langsung entah benar atau tidak Ahok telah mengutip surat
tersebut. Namun Nusron Wahid yang dulunya Kader dari PKB yang saat ini menjabat
Kepala BNP2TKI mati-matian mendukung Ahok. Ahok yang disudutkan oleh banyak
pihak seolah-olah Nuaron Wahid selalu berupaya membenarkan apa yang diperbuat
Ahok. Seperti inilah yang dinamakan sebagai cadangan dukungan
5.
Sebagaimana diketahui bahwa tanpa
adanya dukungan yang relatif tetap dan ajeg, sistem politik tidak akan dapat
menyerap energi yang cukup memadai dari anggota-anggotanya untuk mengubah
tuntutan menjadi sebuah keputusan. Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam
mekanisme dukungan, yaitu outputdan sosialisasi (politisasi).
Pertama,
output. Dalam sistem politik,
output berwujud suatu keputusan atau kebijakan politik. Membuat
keputusan yang dapat memenuhi tuntutan dari sebagian anggota dalam sistem
adalah salah satu cara utama untuk menjaga ikatan dari kelompok
yang
telah memberikan dukungan. Pada dasarnya semakin besar tuntutan yang dapat dipenuhi
maka akan semakin baik bagi kelangsungan sistem tersebut, hanya saja dapat
dipastikan
bahwa sistem tidak akan dapat memenuhi semua tuntutan yang ada. Paling tidak,
tuntutan dari kelompok-kelompok yang berpengaruhlah yang harus diperhatikan. Contohnya
pemerintah membuat sebuah kebijakan tentang peningkatan kesejahteraan
masyarakat dengan mengeluarkan kartu KIS. Dengan di keluarkannya kartu KIS ini
menyedot perhatian masyarakat untuk selalu mendukung apa yang diperbuat oleh
pemerintah karena apa yang menjadi tuntutan sebagian dari mereka telah dipenuhi
oleh pemerintah
Kedua, sosialisasi (politisasi). Proses pembelajaran
anggota masyarakat secara turun-temurun dalam suatu sistem politik merupakan
salah satu bagian dari usaha untuk
menciptakan
dan mengakumulasikan suatu sumber atau cadangan dukungan yang besar Proses
pembelajaran ini berlangsung secara terus-menerus, mulai dari masa kanak-kanak,
remaja, hingga dewasa. Apabila nilai yang ditanamkan sudah mengakar sedemikian
dan terlembaga maka sistem politik tersebut memiliki legitimasi yang tinggi.
Sosialisasi politik ini secara efektif menciptakan dan mewariskan nilai-nilai
politik dan ukuran legitimasi dari suatu generasi ke generasi yang lain.
Contoh melalui proses sosilaisasi seseorang belajar
untuk memainkan peran politiknya yang meliputi penyerapan sikap-sikap politik
yang tepat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar