Jumat, 07 April 2017

Tuntutan dan Dukungan Politik



1.      Tidak semua penarikan dukungan dari suatu pemerintah mempunyai konsekuensi bagi berhasil tidaknya suatu rezim atau masyarakat. Tetapi ketidakmampuan pemerintah yang terus-menerus dalam menghasilkan output yang mengubah rezim tersebut atau membubarkan masyarakat politik  tersebut. Karena alasan inilah keseimbangan antara masukan dengan hasil merupakan mekanisme yang sangat penting dalam kehidupan suatu sistem politik.
Hasil suatu sistem politik adalah sebuah keputusan atau kebijakan politik. Salah satu cara untuk menguatkan ikatan anggota kepada sistem yang mereka anut, ialah dengan memberikan keputusan yang cenderung memuaskan kebutuhan mereka sehari-hari.  Hasil yang terdiri dari berbagai keputusan politik merupakan seperangkat imbalan bagi anggota suatu sistem untuk mendukung sistem tersebut.
Kita ambil contoh jika sejumlah besar anggota sistem politik tetap tidak merasa puas dalam waktu yang lama atas pencapaian-pencapaian sistem politik untuk mewujudkan keinginan-keinginan serta tuntutan-tuntutan mereka, maka mereka akan mengancam sistem dengan penarikan kembali sebagian atau seluruh dukungan darinya. Pengelompokan-pengelompokan dan pertentangan-pertentangan juga merupakan sumber tekanan utama terhadap dukungan yang diberikan pada sistem. Tetapi sejauh suatu sistem secara mendasar menyalurkannya, maka sistem tersebut akan dapat menyesuaikan diri terhadap pengikisan dukungan di beberapa daerah tertentu dengan menarik dukungan yang lebih besar di daerah lain. Dan menjaga diri sendiri. Sistem politik dapat menyesuaikan diri pada tekanan dukungan dalam beberapa cara salah satunya ialah berupa penggantian elemen-elemen strukturalnya, sistem perwakilan, sistem kepartaian, dan sebagainya. Sistem politik juga dengan cerdik mencoba menyeimbangkan kurangnya dukungan khusus dengan jalan menurunkan dukungan baur melalui suatu bentuk pembenaran  dan perasaan bahwa terdapat kepentingan umum atau masyarakat yang dipromosikan oleh ketangguhan sistem politik itu. sistem politik yang berbeda mengikuti perintah-perintah yang berlainan pula bagi pengembangan dan penyebaran perasaan komunitas di antara para anggotanya.

2.      Seberapa banyakah dukungan yang diperlukan ke dalam sebuah sistem dan berapa banyakkah anggotanya perlu memberikan dukungan agar sistem itu mampu mengubah tuntutan menjadi sebuah keputusan? Untuk pertanyaan ini, tidak ada jawaban yang siap untuk ditawarkan. Situasi nyata dalam tiap kasus akan menentukan berapa jumlah dan ruang lingkup dukungan yang diperlukan. Namun, kita dapat menyebut sejumlah situasi yang berguna untuk mengarahkan perhatian kita kepada beberapa  generalisasi.
Di bawah kondisi tertentu hanya sedikit sekali anggota yang perlu mendukung suatu sistem. Anggota mungkin bodoh dan apatis, tidak peduli terhadap bagaimana sistem beroperasi secara umum, kemajuan atau keputusannya. Dalam suatu sistem yang tidak kokoh kita ambil contoh seperti di India, dukungan sekarang mungkin sedikit dari anggota masyarakat. Mereka tidak terpengaruh oleh keputusan nasional. Mereka pun tidak memandang bahwa mereka begitu terpengaruh oleh keputusan nasional. Mereka mungkin kurang memiliki identifikasi dengan rezim dan pemerintah, namun, sehubungan dengan masuknya kebutuhan, sistem tersebut mungkin mampu bertindak atas dasar dukungan yang ditawarkan oleh tiga persen politikus dan cendekiawan yang berorientasi ke Barat yang aktif secara politis. Dengan perkataan lain, kita mempunyai sebuah minoritas kecil yang secara kuantitatif cukup untuk mendukung operasi sistem. Tetapi kita dapat berasumsi, bila anggota suatu sistem terlalu banyak mengajukan tuntutan maka kemungkinan sekali mereka akan aktif mendukung atau memusuhi satu dari tiga tigkat sistem ini. Tetapi hal itu tergantung seberapa jauh kebutuhan tersebut dipenuhi melalui keputusan yang tepat.
Kita ambil contoh lain, kita dapat menemukan, semua anggota suatu sistem meberikan dukungan, tetapi jumlah dukungan tersebut mungkin begitu sedikit untuk mendukung satu atau semua aspek sistem yang sedang terancam. Perancis modern dapat kita ambil sebgai contoh. Masukan dukungan tingkat masyarakat politik mungkin memadai untuk mempertahankan Perancis sebagai suatu kesatuan politik. Tetapi karena alasan historis dan alasan kontemporer sangat disangsikan apakah anggota sistem politik Perancis memasukan sesuatu selain dukungan   yang rendah pada rezim atau pada pemerintah tertentu. Jumlah dukungan yang minim ini ,meskipun umum dijumpai di bagian masyarakat yang relatif luas, memberikan bagi sistem politik. Perancis suatu fundasi yang kurang aman dibanding India. Di satu dukungan kurang meluas tetapi lebih aktif. Secara kuantitatif  lebih besar dipihka minoritas. Sebagaimana ditunjukan oleh ilustrasi ini. Jumlah dukungan tidak selalu sebanding dengan ruang lingkupnya.
Dapat dilihat dari pembahasan diatas, sepertinya para anggota suatu sistem politik sekaligus menyatakan dukungan dan menyembunyikannya yakni menunjukan permusuhan sekaligus apatis. Dalam kenyataannya anggota dapat dan biasanya secara simultan melibatkan diri dengan perilaku yang mendukung atau bermusuhan. Yang pasti menarik perhatian kita ialah keseimbangan netto dukungan ini.

3.      Di dalam kehidupan politik, seperti halnya wilayah-wilayah kehidupan lainnya, sosialisasi  merupakan kunci bagi perilaku. Sosialisasi politik merupakan suatu proses bagaimana memperkenalkan sistem politik pada seseorang, dan bagaimana orang tersebut menentukan tanggapan serta reaksi-reaksinya terhadap gejala-gejala politik. Melalui sosialisasi politik, individu-individu diharapkan mau dan mampu berpartisipasi secara bertanggung jawab dalam kehidupan politik. Dalam hal ini sosialisasi merupakan merupakan suatu proses  pedagogis  (proses pendidikan), atau suatu proses pembudayaan insan-insan politik. Proses ini melibatkan orang-orang baik dari generasi tua maupun generasi muda. Proses ini dimulai sejak dini, ketika seorang anak masih kecil, dimanakeluarga berperan sebagai pelaku utama dalam sosialisasi. Selain keluarga, sekolah (pendidikan), kelompok kerja, kelompok sebaya, kelompok agama, dan media massa berperan sebagai agen atau pelaku sosialisasi politik.Tujuan sosialisasi politik  dimaksudkan sebagai proses menanamkan rasa terikat (attachment) pada suatu sistem politik. Apabila keterkaitan itu menjadi berakar sangat kuat atau terlembaga, dikatakan bahwa sistem politiknya memiliki legitimasi yang tinggi.
Dengan demikian, sosialisasi secara efektif diciptakan dan dialihkan  (diwariskan) kepada generasi lainnya dalam suatu sistem politik, atau disebut sebagai transmisi kebudayaan.
Peran tokoh masyarakat cenderung diarahkan oleh kuatnya ikatan subjektif-psikologis yang syarat dengan  primordialisme radikal. Dengan kata lain, bahwa kuatnya ikatan yang membentuk perilaku masyarakat yang dapat  melegitimasi suatu reziim atau sistem politik tersebut dikemukakan dengan baik oleh Gabriel A. Almond  dan  mengatakan bahwa, berbagai mitos, doktrin dan filsafat politik menanamkan suatu penafsiran tertentu mengenai tujuan-tujuan dan norma-norma kepada setiap generasi.
Proses menanamkan rasa-terikat (attachment) pada diri anggota masyarakat ini kemudian menjadi berakar sangat kuat, sehingga kadar legitimasi pada sistem politik tersebut menjadi sangat tinggi pula. Secara empiris terbukti bahwa dalam sistem politik yang dapat bertahan hidup paling lama, pasti terdapat dukungan yang ditumbuhkan dan dipelihara oleh keyakinan yang mendalam.
Kecenderungan budaya sukuisme (ethnic group) yang terasa pada pilkada di Provinsi Bali mengindikasikan bahwa demokratisasi di tingkat lokal yang diharapkan mampu memberikan dampak yang positif didaerah, itu kemudian jauh dari apa yang menjadi cita-cita demokrasi itu sendiri.
 Hal ini membawa kita kepada perspektif sempit dari makna politik yang lebih luas. Hadirnya pilkada sebagai tuntutan di ranah lokal yang merupakan manifesto kebijakan desentralisasi yang diselenggarakan oleh mulai hampir sebagian besar daerah di indonesia. Itu terlihat dari beberapa tokoh masyarakat yang berperan serta dalam politik praktis pada pilkada 2013 di Provinsi Bali
 Kecenderungan perilaku sukuisme yang melatarbelakangi perilaku memilih tokoh masyarakat ini termanifestasi dalam bentuknya yang konkrit, yakni pola berpikir serta tindakan masyarakat yang cenderung melihat cara pandang figur idolanya adalah cara pandang yang harus diikuti seluruh masyarakat secara kolektif.

4.      Dalam setiap sistem, dukungan di dapat sebagian dari ketakutan akan sanksi atau paksaan, dalam sistem otokrasi dijumpai sejumlah dukungan yang dipaksakan. Berhubung hasil suatu sistem tertentu terdiri dari keputusan kebijakan, maka pemerintahlah yang bertanggung jawab untuk menyeimbangkan output keputusan dengn input tuntutan. Dan kita tahu jelas, bahwa untuk memperoleh dukungan dari anggota suatu sistem melalui imblan positif,pemerintah perlu untuk tidak memenuhi suatu tuntutan, meskipun tuntutan tersebut berasal dari pendukung yang paling kuat dan berpengaruh. Sebagian besar pemerintah, atau kelompok seperti partai politik yang berusaha mengendalikan pemerintah, berhasil membangung “cadangan dukungan”. Cadangan ini akan mendukung pemerintah meskipun bertentangan dengan para pengikutnya, selama waktu tertentu yang singkat, agar para pengikut memandang pemerintah sebagai pendukung terhadap kepentingan mereka. Salah satu bentuk yang diambil oleh “cadangan” ini dimasyarakat Barat adalah loyalitas partai, sebab partai adalah sarana yang umum dalam suatu masyarakat  industri massal untuk memobilisasi dan mempertahankan dukungan bagi pemerintah. Namun bila terus menerus tidak ada imbalan, melalui  keputusan kebijakan, maka pada akhirnya akan timbul bahaya sehingga  bahkan loyalitas partai yang kuat pun akan guncang karenanya.
Oleh sebab itu , sistem tidak perlu memuaskan semua kebutuhan anggotanya selama ia telah menyimpan cadangan dukungan selama bertahun-tahun. Dan tidak pula perlu memuasakan beberapa kebutuahn para anggotanya. Yang terpenting ialah, kebutuhan siapa yang harus dipenuhi, kapan, dan dalam kondisii yang bagaimana.
Contoh kasus Ahok dengan surat Al-maidah dengan jelas bahwa secara tidak langsung entah benar atau tidak Ahok telah mengutip surat tersebut. Namun Nusron Wahid yang dulunya Kader dari PKB yang saat ini menjabat Kepala BNP2TKI mati-matian mendukung Ahok. Ahok yang disudutkan oleh banyak pihak seolah-olah Nuaron Wahid selalu berupaya membenarkan apa yang diperbuat Ahok. Seperti inilah yang dinamakan sebagai cadangan dukungan

5.      Sebagaimana diketahui bahwa tanpa adanya dukungan yang relatif tetap dan ajeg, sistem politik tidak akan dapat menyerap energi yang cukup memadai dari anggota-anggotanya untuk mengubah tuntutan menjadi sebuah keputusan. Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam mekanisme dukungan, yaitu outputdan sosialisasi (politisasi).
Pertama,  output. Dalam sistem politik,  output berwujud suatu keputusan atau kebijakan politik. Membuat keputusan yang dapat memenuhi tuntutan dari sebagian anggota dalam sistem adalah salah satu cara utama untuk menjaga ikatan dari kelompok
yang telah memberikan dukungan. Pada dasarnya semakin besar tuntutan yang dapat dipenuhi maka akan semakin baik bagi kelangsungan sistem tersebut, hanya saja dapat
dipastikan bahwa sistem tidak akan dapat memenuhi semua tuntutan yang ada. Paling tidak, tuntutan dari kelompok-kelompok yang berpengaruhlah yang harus diperhatikan. Contohnya pemerintah membuat sebuah kebijakan tentang peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan mengeluarkan kartu KIS. Dengan di keluarkannya kartu KIS ini menyedot perhatian masyarakat untuk selalu mendukung apa yang diperbuat oleh pemerintah karena apa yang menjadi tuntutan sebagian dari mereka telah dipenuhi oleh pemerintah
Kedua, sosialisasi (politisasi). Proses pembelajaran anggota masyarakat secara turun-temurun dalam suatu sistem politik merupakan salah satu bagian dari usaha untuk
menciptakan dan mengakumulasikan suatu sumber atau cadangan dukungan yang besar Proses pembelajaran ini berlangsung secara terus-menerus, mulai dari masa kanak-kanak, remaja, hingga dewasa. Apabila nilai yang ditanamkan sudah mengakar sedemikian dan terlembaga maka sistem politik tersebut memiliki legitimasi yang tinggi. Sosialisasi politik ini secara efektif menciptakan dan mewariskan nilai-nilai politik dan ukuran legitimasi dari suatu generasi ke generasi yang lain.
Contoh melalui proses sosilaisasi seseorang belajar untuk memainkan peran politiknya yang meliputi penyerapan sikap-sikap politik yang tepat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar